Ambon, Gatra.com – Pasca gempa bumi tektonik M 6,1 di Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (16/6/) lalu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi 13 kali gempa susulan, dengan kekuatan yang bervariasi.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempabumi terletak pada koordinat 3,42 LS ; 129,57 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada kedalaman 19 kilometer.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktifitas sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan sesar turun (Normal Fault).
BMKG juga menyebutkan, guncangan gempabumi ini dirasakan di Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, Wahai III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu), Pulau Ambon II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Hingga saat ini, BPBD dan masyarakat setempat melaporkan adanya dampak kerusakan pada beberapa rumah tinggal salah satunya pagar gereja di desa Sounulu Kecamatan Tehoru. BPBD juga masih terus mendata kondisi dampak gempabumi ini.
Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempabumi tektonik menunjukkan, gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.
Namun berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 0,5 M. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
BMKG juga mencatat, hingga pukul 13.35 WIB, hasil monitoring BMKG telah terjadi 13 gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 3,5 .
Masyarakat terutama di wilayah sepanjang Pantai Japutih sampai Pantai Atiahu Kabupaten Maluku Tengah, P. Seram, Maluku juga diminta untuk tetap waspada terhadap gempabumi susulan, dan potensi tsunami akibat longsor di bawah laut.
Warga juga diminta untuk menjauhi pantai menuju tempat tinggi apabila merasakan guncangan gempa cukup kuat.
BMKG, menurut Bambang masih terus memonitor gempa susulan yang terjadi dan dampaknya terhadap kenaikan muka air laut .
Sementara itu, salah satu masyarakat Kabupate Maluku Tengah (Malteng) Sarah mengaku, akibat kejadian tersebut, banyak warga Maluku tengah yang mengamankan diri dengan lari ke hutan. Dimana warga menetap disana hingga dirasakan tidak terjadi gempa lagi.
Namun sebelum dirinya kembali, dipastikan bangunan tempat tinggalnya tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
“Kami khawatir, apalagi ada dengan anak anak, maka kami semua lari ke hutan untuk mengamankan diri kami dan anak anak kami dari kejadian kejadian yang tidak diinginkan akibat gempa ini,” kata Sarah, warga Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) yang dikonfirmasi Gatra melalui telp selulernya.
Sarah mengaku, dirinya berusaha tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan hanya percaya pada informasi BMKG saja.