[ad_1]
Aktivis Sandyawan Sumardi melalui akun facebooknya mengabarkan ada belasan romo dan frater yang dinyatakan positif corona. Mereka kini sedang dirawat di RS St. Carolus Jakarta. Enam orang di antaranya berasal dari komunitas Serikat Jesus Provinsi Indonesia yang tinggal di asrama di wilayah Jakarta Pusat, sementara10 orang lainnya berasal dari tarekat lain dalam Gereja Katolik.
Provinsial Serikat Yesuit Provinsi Indonesia, Benedictus Hari Juliawan mengatakan, kasus di asrama Serikat Jesus Jakarta diketahui setelah ada seorang romo yang diketahui positif setelah menjalani tes swab pada 27 Desember 2020. Serikat Jesus kemudian melakukan tes kepada semua frater yang tinggal di asrama dan pengunjung asrama.
“Mereka tinggal di dua rumah yang berdekatan. Dua komunitas saling berkunjung itu biasa. Karena itu komunitas frater atau mahasiswa. Mereka seringkali kerja bersama atau sekedar bermain ke rumah satunya,” jelas Juliawan kepada VOA, Selasa (5/1).
Hari Juliawan memastikan penularan corona di komunitas Serikat Jesus bukan karena perayaan Natal di gereja. Ia beralasan para romo dan frater tersebut merayakan Natal di tempat tinggal masing-masing. Namun, kata dia, kasus ini akan dijadikan evaluasi bagi Serikat Jesus dalam pencegahan penularan corona di komunitas.
“Kasus ini menjadi pelajaran juga bagi kami. Apakah ada kekurangan di protokol kami atau karena ketaatan terhadap protokol kesehatan kami,” tambah Juliawan.
Kata Hari, Serikat Jesuit juga terus akan melakukan protokol kesehatan yang telah mereka miliki secara nasional meskipun pemerintah telah mengumumkan ketersediaan vaksin. Ia beralasan kemungkinan tidak semua warga akan mendapat vaksin dalam waktu dekat. Apalagi jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi ketersediaan vaksin bagi semua warga.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan tidak memiliki data secara spesifik klaster di kalangan romo dan frater. Namun, ia menduga peningkatan kasus di komunitas agama biasanya berkaitan dengan aktivitas keagamaan seperti Natal. Kasus-kasus yang berkaitan dengan Natal kemungkinan baru dapat diketahui 10-14 hari setelah Natal. Namun, ia berharap tidak ada lonjakan kasus setelah libur Natal tahun lalu.
“Kita sudah sejak pertama mengimbau untuk melakukan kegiatan keagamaannya dengan daring saja. Ibadah apa saja selalu kita ingatkan itu, termasuk saat Lebaran,” jelas Wiku kepada VOA, Senin (4/1/2021).
Wiku mengatakan virus corona dapat menyerang semua kalangan termasuk dari kelompok agama. Karena itu, ia berharap protokol kesehatan dapat diterapkan di semua kalangan untuk memutus mata rantai penularan corona.
Kasus penularan corona di sekolah agama juga pernah terjadi di pesantren. Data Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Jawa Tengah menyebutkan setidaknya ada 1.129 santri terinfeksi virus ini pada November tahun lalu.
FKPP menyebutkan, ada beberapa hal yang menjadi pintu masuk Covid-19, termasukskrining santri yang lemah, pihak luar yang bebas masuk ke pesantren, dan penghuni pesantren yang masih bebas beraktivitas di luar. [sm/ab]
[ad_2]
Sumber Berita