Medsos Jadi Ruang Penyebaran Paham Radikalisme

[ad_1]


Telegraf – Paham radikalisme merupakan paham atau ideologi yang menginginkan perubahan dengan menggunakan cara-cara kekerasan dalam memperjuangkan paham atau ideologinya. Radikalisme dapat terlihat dari sikap-sikap yang cenderung intoleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain), maupun fanatik dan selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan menilai, saat ini penetrasi radikalisme di Indonesia telah menyebar dengan cepat melalui media sosial (medsos). Informasinya selalu bersifat provokatif dengan kegiatan menyulut kebencian yang mengarah ke radikalisme. Termasuk hasutan kepada orang banyak untuk melakukan aksi radikalisme dan terorisme.

“Peningkatan penggunaan media sosial juga menimbulkan dampak negatif, dengan mudahnya penggunaan aplikasi media sosial, terjadi pula pergeseran operandi penyebaran radikalisme,” kata Ken Setiawan, di Jakarta, (25/2/2021).

Ia mengatakan bahwa tindakan radikalisme lewat medsos cenderung sporadis. Bahkan kerap dengan target beragam dengan tidak memandang pendidikan tinggi, latar belakang aparat pemerintahan maupun profesional.

Ken lalu berpendapat bahwa upaya penanggulangan yang efektif terkait radikalisme yaitu dengan pre-emtif (edukatif, kontra narasi dan counter opini), preventif (memberi peringatan, mengendalikan isu, dan lainnya) dan termasuk upaya represif (penetrasi aktif sebagai bentuk upaya untuk melakukan penangkalan penyebaran perspektif negatif dan penegakan hukum), serta membuat cyber troops.

“Kelompok radikal jumlahnya tidak banyak, namun mereka masif, terstruktur dan sistematis dalam bergerak, 24 jam tanpa henti mereka bergerak, terutama di medsos,” ungkapnya.

Saat ini sangat diperlukan langkah-langkah cepat, cerdas, terukur, terencana, terkoordinasikan dan massal guna menghadapi gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Bila kalangan nasionalis dan moderat diam, maka kelompok radikalisme atas nama agama akan meningkat.

Menurut Ken, paham radikalisme dan terorisme, memang tidak bisa dihilangkan. Bahkan negara maju sekelas Amerika Serikat (AS) dan Selandia Baru pun pernah kecolongan dengan kasus terorisme yang menelan banyak korban.

Kelompok radikalisme juga memiliki banyak cara untuk menyebarkan pahamnya, termasuk melalui dunia maya dengan menyisipkan konten-konten radikal yang mampu membius orang untuk mengikutinya.

Namun demikian, radikalisme dan terorisme bisa dikikis sedikit demi sedikit dengan penguatan pendidikan sejak dini. Setidaknya mulai dari lingkup keluarga yang mengajarkan toleransi dan penghormatan atas kemajemukan.

Di sisi lain, para pemuka agama juga sangat berperan penting dalam menyampaikan dakwah yang menyejukkan dan memberikan pemahaman agama secara utuh agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan ajakan provokasi dari kelompok-kelompok radikalisme dan terorisme.

Selama ini, menurut pemetaan NII Crisis Center, justru banyak pemuka agama yang cenderung terpapar dan menyebarkan pahamnya di lingkungan lewat ceramah -ceramah keagamaan. Di antaranya seperti khotbah Jumat yang selalu menyerang pemerintah dengan narasi-narasi radikalisme.


Photo Credit: Seorang pria menggunakan platform aplikasi media sosial Facebook di ponselnya di Jakarta. AFP/Bay Ismoyo

 

Latest posts by Ishwari Kyandra (see all)



[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version