Muhammadiyah Perkenalkan Perjuangan Djuanda melalui Film ‘Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia’

TEMPOSIANA.com — Muhammadiyah Perkenalkan Perjuangan Djuanda melalui Film “Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia”

Yogyakarta, 22 Februari 2025 – Muhammadiyah melalui Lembaga Seni dan Budaya (LSB) PP Muhammadiyah resmi merilis film biografi berjudul Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia.

Acara peluncuran yang berlangsung di Amphiteater E6, Lantai 5 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (22/2) ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib, Ketua LSB PP Muhammadiyah Gunawan Budiyanto, serta cucu Djuanda, Ismeth Wibowo Amirullah.

Film yang disutradarai oleh Ery Isnanto ini bertujuan untuk mengangkat kembali peran besar Djuanda Kartawidjaja dalam sejarah bangsa, khususnya melalui Deklarasi Djuanda yang disahkan pada 13 Desember 1957.

Deklarasi ini menjadi tonggak penting dalam penegasan kedaulatan maritim Indonesia, yang kemudian diakui secara internasional.

Ismeth Wibowo, cucu pertama dari Djuanda, menegaskan harapannya agar generasi muda Indonesia tidak hanya mengapresiasi jasa kakeknya, tetapi juga meneruskan perjuangannya demi kemajuan bangsa.

Ismeth Wibowo Amirullah menyampaikan rasa bangga dan haru atas inisiatif Muhammadiyah dalam mengenalkan kembali perjuangan sang kakek.

Ia menyoroti berbagai peran strategis yang pernah dijabat Djuanda, termasuk sebagai Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, hingga Perdana Menteri terakhir Indonesia pada 1957-1959.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib menegaskan bahwa film ini bukan hanya sebagai pengingat sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi generasi muda.

Irwan menekankan bahwa Djuanda, yang juga merupakan tokoh Muhammadiyah, memiliki pengaruh besar tidak hanya di ranah politik, tetapi juga dalam bidang pendidikan, di antaranya sebagai pendiri SMA Muhammadiyah Kramat di Jakarta.

Film ini berdurasi 120 menit dan menampilkan berbagai momen penting dalam perjalanan hidup Djuanda, termasuk perjuangannya dalam memperjuangkan kesatuan Indonesia.

Ketua LSB PP Muhammadiyah, Gunawan Budiyanto, berharap bahwa film ini dapat menjadi salah satu sarana dakwah yang lebih luas bagi Muhammadiyah, terutama melalui pendekatan seni dan perfilman.

“Kami ingin menghadirkan dakwah Muhammadiyah yang lebih inklusif, tidak hanya terbatas pada pengajian dan masjid, tetapi juga melalui media seni yang lebih dekat dengan masyarakat,” ujar Gunawan.

Diproduksi sejak 2023, film ini melibatkan sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berpartisipasi dalam berbagai aspek produksi, mulai dari asisten sutradara hingga koordinator talenta.

Hal ini menjadi bagian dari upaya Muhammadiyah dalam mendorong generasi muda untuk lebih memahami dan mengapresiasi sejarah bangsa melalui media yang menarik.

Selain mengangkat kiprah Djuanda dalam kancah politik, film ini juga menampilkan sisi lain kehidupan pribadinya.

Lahir di Tasikmalaya, Djuanda menempuh pendidikan di sekolah Belanda sebelum melanjutkan studi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB). Sejak usia muda, ia aktif dalam berbagai organisasi, termasuk Muhammadiyah dan Paguyuban Pasundan.

Film ini diharapkan mampu membangkitkan rasa nasionalisme dan kesadaran akan pentingnya perjuangan tokoh-tokoh bangsa dalam membangun Indonesia.

Seperti halnya Deklarasi Djuanda yang menyatukan perairan Indonesia, film ini bertujuan untuk menyatukan semangat kebangsaan generasi muda melalui medium seni yang lebih mudah diterima.

Dengan peluncuran film ini, Muhammadiyah semakin menegaskan komitmennya dalam memperluas cakupan dakwah dan edukasi sejarah, memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perjalanan bangsa kepada masyarakat luas.

Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia bukan sekadar film biografi, tetapi juga sebuah penghormatan terhadap dedikasi seorang pemimpin dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia.

Semangat perjuangan Ir. H. Djuanda Kartawidjaja sebagai salah satu tokoh penting Muhammadiyah terus menggema di hati para penerusnya.

Ismeth Wibowo, cucu pertama dari Djuanda, menegaskan harapannya agar generasi muda Indonesia tidak hanya mengapresiasi jasa kakeknya, tetapi juga meneruskan perjuangannya demi kemajuan bangsa.

Ismeth menekankan bahwa generasi muda memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kedaulatan wilayah laut serta mengembangkan potensi ekonomi maritim demi kesejahteraan rakyat.

Baginya, warisan perjuangan Djuanda tidak hanya tercermin dalam Deklarasi Djuanda yang memperjuangkan kedaulatan laut Indonesia, tetapi juga dalam semangat pengabdian tanpa pamrih bagi tanah air.

Lebih dari sekadar mengenang jasa-jasa Ir. H. Djuanda, Ismeth berharap film biografi tentang kakeknya dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda dalam mengejar cita-cita di berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, pemerintahan, dan politik.

Film ini diharapkan mampu memperkenalkan lebih dalam sosok Ir. H. Djuanda Kartawidjaja dan menginspirasi masyarakat untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

“Sebenarnya melalui film Djuanda, generasi muda yang terbilang sebagai generasi penerus bangsa bisa lebih dekat dengan karakter dan semangat juang kakek saya.”

“Dari film ini, saya benar-benar berharap muda-mudi Indonesia dapat melanjutkan perjuangannya sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga akan memberikan dampak positif bagi kemajuan negeri ini,” ungkap Ismeth.

Menurutnya, nilai-nilai perjuangan sang kakek harus tetap hidup dan menjadi pedoman bagi anak bangsa dalam berkontribusi bagi negeri.

Djuanda bukan hanya seorang teknokrat dan negarawan ulung, tetapi juga sosok yang menjadikan pengabdiannya sebagai panggilan jiwa. Oleh karena itu, semangat perjuangan yang diwariskan harus tetap berkobar agar Indonesia terus maju dengan generasi yang sadar akan tanggung jawabnya terhadap negara dan bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *