[ad_1]
JAKARTA – Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh seluruh umat Islam. Selama berpuasa tubuh kita mudah dehidrasi, karena cairan di tubuh berkurang, tidak jarang seseorang menjadi lemas karena kekurangan cairan.
(Baca juga: Hikayat Pasukan Komando Baret Merah yang Dibentuk Eks Sopir Ratu Wilhelmina)
Namun ada kisah menarik saat sejumlah prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) mendapat tugas melumpuhkan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara atau Paraku di rimba Kalimantan saat menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Kelompok ini merupakan sayap bersenjata di bawah naungan NKCP (North Kalimantan Communist Party), sebuah partai politik komunis yang berlokasi di Serawak, Malaysia. NKCP dibentuk tanggal 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari sebuah organisasi bernama Organisasi Komunis Serawak.
(Baca juga: Tampil Gahar! Ini Seragam Baru Kopassus yang Sulit Terdeteksi Musuh)
“Pada waktu Pak Wismoyo ( Jenderal Wismoyo Arismunandar) bertugas di Kalimantan Barat pada tahun 1969-1970, Pak Wismoyo adalah satu-satunya tentara yang menemukan apa yang disebut Dead Letter Box, ketika kita sedang melakukan operasi militer anti-gerilya dari Pasukan Gerilya Rakyat Serawak / Paraku di Malaysia,” tulis mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, dalam instagramnya, dikutip, Senin (19/4/2021).
Saat itu kata dia, sistem komunikasi dari pasukan gerilya Paraku menggunakan Dead Letter Box, yaitu kurir membawa pesan dari satuan induknya untuk satuan induk yang lainnya, kurir itu meletakkan suratnya di dalam tanah, diambil oleh kurir yang lainnya nanti di tempat yang sudah disepakati sebelumnya.
“Pak Wismoyo dengan pasukannya bergerak ratusan kilometer jalan kaki di tengah hutan rimba, yang pada waktu itu bahkan ketika siang hari kita tidak bisa melihat matahari karena tertutup oleh pohon yang besar. Pak Wismoyo jalan kaki dalam keadaan puasa, karena itu aneh dia bisa menemukan satu tempat yang digali kemudian ditemukan surat,”ungkapnya.
Surat tersebut merupakan cara komunikasi dari antara pasukan komunis tersebut satu sama lainnya.Temuan di lapangan itu menjadi berharga, karena pasukan elite yang memiliki motto Tribuana Chandraca Satya Dharma ini bisa mengetahui komunikasi gerombolan bersenjata tersebut.
“Karena itu bisa terbongkar komunikasi antar satuan PGRS – Paraku. Itu komunikasi pasukan klandestin, awalnya dari penemuan Kapten Wismoyo Arismunandar,” ujarnya.
“Untuk selanjutnya ketika Pak Wismoyo sudah kembali ke Jakarta, kemudian saya berangkat ikut pasukan Pak Sintong Panjaitan teman Pak Wismoyo satu angkatan di Akmil 1963, saya menjadi Kepala Seksi Intelijen, saya tinggal melanjutkan membuka Dead Letter Box yang lain, tapi awal dari pembongkaran adalah penemuan Pak Wismoyo,”pungkasnya
[ad_2]
Sumber Berita