[ad_1]
Saya sendiri menjadi penerjemah sebetulnya karena kecelakaan. Awalnya, saat kuliah, untuk belajar teknik menulis saya menerjemahkan cerpen para pengarang hebat seperti Mark Twain, O. Henry, Guy de Maupassant, Anton Chekov, Jorge Luis Borges, John Steinbeck, Ernest Hemingway. Untuk menguji terjemahan itu, saya kirim ke koran yang saat itu memuat terjemahan seperti Pikiran Rakyat, Kompas, Sinar Pagi, Sinar Harapan, Bernas. Eh, ternyata dimuat.
Lalu, karena sudah menikah dan harus mencari nafkah, saya gunakan kemampuan menerjemahkan itu untuk menerima order terjemahan dari penerbit. Yang pertama adalah terjemahan Tafsir Al-Quran Versi Ahlul Bait atas jasa baik Ustadz Hussein Shahab. Mula-mula hanya satu-dua naskah. Lama kelamaan makin banyak permintaan dari penerbit, terutama untuk menerjemahkan karya sastra. Yang pertama terbit adalah novel Naguib Mahfouz, Awal dan Akhir, yang diterbitkan Obor pada akhir 2000 dan saya garap berdua dengan Anwar Holid. Lalu terbit kumpulan cerpen terjemahan saya, Sungai Air Mata: 21 Cerita dari 5 Benua oleh penerbit Gelaran, Yogyakarta, pada awal 2001 atas jasa baik Mas Taufik Rahzen.
Setelah berhenti menjadi wartawan pada akhir 2000, saya menopang hidup keluarga saya sepenuhnya dari hasil menulis dan menerjemahkan, serta sesekali menyunting secara lepas. Meski merasa tidak terlalu rajin, menurut beberapa orang saya penerjemah produktif karena cerpen terjemahan saya sering masuk koran dan banyak buku terjemahan saya diterbitkan, termasuk dari karya Salman Rushdie, Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Tariq Ali, Orhan Pamuk, Amin Maalouf, Peter Carey, James Joyce, Fyodor Dostoyevsky, William Shakespeare, Victor Hugo, Vladimir Nabokov. Saya ingat, pada puncaknya, 2005, dalam setahun saya menghasilkan buku terjemahan sebanyak 27 judul, sebagian besar berkolaborasi dengan Atta Verin.
Pada 2007 saya bergabung dengan penerbit Serambi di Jakarta. Mula-mula sebagai Kepala Dewan Pertimbangan Naskah. Lalu berhenti setelah sembilan tahun masa kerja dengan jabatan terakhir manajer redaksi. Selama di Serambi, saya berupaya terus menerbitkan terjemahan karya-karya bagus dalam terjemahan bahasa Indonesia, termasuk novel-novel Mo Yan, Ismail Kadare, Jorge Amado, William Faulkner, Julia Alvarez.
Namun, semasa bekerja tetap di penerbitan itu waktu untuk menerjemahkan terkikis. Saya hanya sesekali menerjemahkan cerpen di koran. Sebagian besar di Koran Tempo. Ada lebih dari 30 cerpen terjemahan saya dimuat di sana selama bertahun-tahun. Sebagian dari ratusan cerpen yang saya terjemahkan sejak 1998 itu kini diterbitkan dalam buku Cinta Semanis Racun: 99 Cerita dari 9 Penjuru Dunia (Diva Press, 2016) dan Maut Lebih Kejam daripada Cinta: 25 Cerita Karya Peraih Nobel Sastra (Basabasi, 2017).
Setelah keluar dari Serambi, bersama beberapa kawan saya mendirikan penerbit Baca. Di sana saya tetap punya perhatian terhadap sastra terjemahan. Di antaranya novel-novel terjemahan dari bahasa Korea yang kami terbitkan, seperti Vegetarian karya Han Kang.
Pada awal 2016, Komite Buku Nasional dibentuk oleh Kemendikbud. Saya diminta bergabung sebagai koordinator untuk program pendanaan penerjemahan alias translation funding program atawa translation grant yang kemudian dinamai program LitRI. Alhamdulillah hingga tiga tahun berjalan program ini telah mendanai penerjemahan 102 judul buku karya para penulis Indonesia ke berbagai bahasa asing untuk diterbitkan di pelbagai belahan dunia, dari Maroko di Afrika Barat sampai Denmark di Eropa Utara.
Kita ingin lebih banyak lagi karya penulis Indonesia menembus pentas dunia. Untuk itu, kerja penerjemahan tak hanya penting dan perlu, tapi juga amat strategis.
Sekali lagi, selamat Hari Penerjemahan Internasional! Tanpa kerja keras para penerjemah dalam mendobrak sekat bahasa, tak akan ada pertukaran karya dan wacana yang pada gilirannya membentuk dan memperkaya peradaban.
***
30 Sep 2018
*) Anton Kurnia, lahir di Bandung, 1974. Sempat belajar sebentar di jurusan Teknik Geologi ITB dan Ilmu Jurnalistik di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, selebihnya ia berproses secara autodidak. Kini ia dikenal sebagai penulis, penerjemah, dan editor.
Berkecimpung di dunia penerbitan sejak akhir 1990-an, pada 2016 mendirikan Penerbit Baca. Sejak tahun itu juga ia menjadi penanggung jawab Program Pendanaan Penerjemahan LitRI di Komite Buku Nasional yang dibentuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga akhir 2019.
Kumpulan cerpen pertamanya, Insomnia (2004) yang diterbitkan ulang sebagai Sepasang Mata Kelabu dan Burung-Burung yang Mati (2019), telah diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai A Cat on the Moon and Other Stories (2015—diterjemahkan oleh Anton Kurnia dan Atta Verin) dan ke bahasa Arab sebagai Qithah ’alal Qamar (diterjemahkan oleh Fatimah Abbas, terbit di Kairo, Mesir, 2020). Buku itu kini sedang dijajaki penerbitannya dalam terjemahan bahasa Spanyol oleh sebuah penerbit di Medellin, Kolombia, dan dalam bahasa Serbia oleh satu penerbit di Novi Sad, Serbia.
Esai-esainya terkumpul antara lain dalam buku Mencari Setangkai Surga: Jejak Perlawanan Manusia atas Hegemoni Kuasa (2016), Buah Terlarang dan Cinta Morina: Catatan dari Dunia Komik (2017), dan Menuliskan Jejak Ingatan (2019). Buku mutakhirnya antara lain Ensiklopedia Sastra Dunia: Pengantar Menjelajah dan Kawan Membaca (2019), kumpulan cerpen Seperti Semut Hitam yang Berjalan di Atas Batu Hitam di Dalam Gelap Malam (2019), dan Menulis dengan Cinta: Pengantar Belajar Menulis Kreatif (2021). Buku travelognya, Banyak Jalan Menuju Praha: Catatan Perjalanan dan Pertemuan akan diterbitkan tahun ini.
Sejak 1997 ia telah menerjemahkan ratusan cerpen dan puluhan novel dari khazanah sastra dunia. Buku terjemahannya yang telah diterbitkan sejak 2000 berjumlah lebih dari 70 judul, baik fiksi maupun nonfiksi. Sebagian besar terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, sebagian kecil dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Buku tersebut di antaranya Lolita (novel Vladimir Nabokov), Les Miserables (novel Victor Hugo), The Book of Saladin (novel Tariq Ali), The Balthasar’s Odyssey (novel Amin Maalouf), dan Haroun and the Sea of Stories (novel Salman Rushdie).
Sebagai editor, ia telah menyunting lebih dari seratus buku fiksi dan nonfiksi sejak 2000, termasuk Big Breasts Wide Hips (novel Mo Yan), Istanbul (memoar Orhan Pamuk), dan Gunung Jiwa (novel Gao Xingjian).
[ad_2]
Sumber Berita