[ad_1]
Ketika internet sudah cukup merata di Indonesia kemudian fasilitas smartphone sudah cukup mumpuni, setiap orang di era digital sekarang ini bisa manfaatkannya sebagai content marketing. Di mana seiring waktu penggunaan internet, apalagi sejak pandemi makin banyak bermunculan content creator.
“Masa pandemi ini merupakan kesempatan yang tepat untuk belajar digital skills, kalau itu dimanfaatkan dengan baik bisa jadi sumber penghasilan di masa pandemi,” ujar Dee Rahma, Dee Rahma, Digital Marketing Strategic & Content Creator saat webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I untuk Kabupaten Bandung Barat, pada Jumat (11/6/2021).
Untuk generasi milenial yang tertarik mencoba menjadi content creator, tema “Tips and Trick Cara Membuat Konten Yang Menarik Bagi Generasi Milenial” berikut patut untuk disimak.
Namun sebelumnya pahami dulu apa itu konten.
Konten sendiri merupakan sebuah cara untuk menyampaikan pesan komunikasi tertentu kepada public melalui berbagai wadah media. Konten terdiri berbagai macam format, berupa tulisan, gambar, suara, hingga video.
“Jika dulu ada pola konten tradisional melalui brosur, koran, majalah, televisi, dan jurnal, kini berkat perkembangan teknologi digital muncul social media seperti Facebook dan Instagram sebagai sarananya,” kata Dee lagi.
Untuk diketahui, revolusi social media di awali tahun 1980-an saat penggunaan komputer pribadi dan internet semakin berkembang.
Bill Gates, Pendiri Microsoft ketika itu ingin setiap orang memiliki PC di rumahnya. Mulanya internet hanya dipakai militer US saja, lalu digunakan publik untuk semua orang.
Perkembangan berlanjut saat Facebook pertama kali ada di tahun 2004 lalu muncul iPhone era dengan kemudahan sharing foto dan video. Saat ini jutaan konten telah tersebar di seluruh dunia.
Lalu saat sudah memiliki keinginan memulai jadi content creator, sebaiknya masuk ke platform social media yang mana?
Dee mengungkapkan hal itu kembali lagi ke pribadi masing-masing, sesuai dengan karakter dan personality.
Selanjutnya belajar membuat konten yang menarik dan punya nilai positif. Dee menjabarkan beberapa kategori konten menarik seperti mendidik atau edukatif, bisa berupa tutorial dan tips trik misalnya membuat video traveling di masa pandemi.
Selanjutnya adalah kategori menghibur bisa berupa komedi dan humor, maupun berita hiburan. Pilihan lainnya adalah konten yang bersifat persuasif dan storytelling, dari semua pilihan tersebut pastikan untuk tidak menyebar hoax.
“Sebagai content creator kita juga punya tanggung jawab moral ya untuk membagikan hal yang positif,” ujarnya.
Lebih spesifik, Dee ikut memberi tips khusus untuk para content creator memperhatikan tren atau viral content misalnya membuat berupa mikro blog yang tidak terlalu banyak foto tapi menempatkan banyak tulisan di Instagram. Ada juga untuk jenis video singkat di TikTok misalnya pakai lagu yang lagi populer.
“Usai memposting sesuatu kita bisa tahu mana yang disukai audience dari situ kita kembangin konten kita lagi,” ujar Dee lagi.
Kiat lainnya, seorang content creator juga harus memahami preferensi audience dan membuat karya yang orisini berdasarkan kreatifitas personal creator. Sebab conten creator kekuatannya di personality.
Catatan pinggirnya: Harus sesuai dengan personality, sehingga bisa jadi diri sendiri. Perhatikan juga resolusi gambar agar hasil jernih agar orang lebih tertarik. Buat judul headline menarik agar memantik rasa penasaran. Selain itu bangun interaksi dengan pemirsa social media.
Webinar Literasi Digital kali ini menghadirkan pula nara sumber lainnya seperti Moch. Latif Faidah, Relawan TIK dan Pendiri Pintu Bahasa, Eko Prasetya Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, dan Diena Haryana Founder dari SEJIWA.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Webinar Literasi Digital kali ini menghadirkan pula nara sumber lainnya seperti Afif Rahman Redaktur Pelaksana Detik.com, Kalarensi Naibaho Koordinator Layanan Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Elly Nurul dari Kumpulan Emak Blogger.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
89 kali dilihat, 19 kali dilihat hari ini
[ad_2]
Sumber Berita