[ad_1]
JAKARTA,- Kementerian Komunikasi dan Informatik bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat untuk Kabupaten Bekasi pada Rabu, (9/6/2021). Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, berulang setiap tahunnya, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024. Oleh karena itu, dibutuhkan penyelenggaraan kegiatan literasi digital yang massif di 514 kabupaten/kota, di 34 provinsi, di Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun wawasan dan pengetahuan terkait literasi digital dalam bentuk Seminar dan Diskusi secara online dan offline dengan target penduduk di kabupaten/kota tersebut khususnya ASN, TNI/Polri, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, Ibu Rumah Tangga, petani, nelayan, dan pelaku UMKM.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat meluncurkan Gerakan Nasional Literasi Digital mengungkapkan di antara pengguna internet di Indonesia yang semakin tinggi, saat ini kejahatan di ruang digital pun ikut mengkhawatirkan.
“Tantangan di ruang digital semakin besar seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital,” ujar Presiden Joko Widodo.
Pada webinar Literasi Digital untuk wilayah Jawa Barat I, Kota Tasikmalaya pada Rabu (9/6/2021) hadir nara sumber Eko Prasetya, Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia yang berbagi wawasan bertajuk “Bijak di Kolom Komentar”. Dia juga memberikan pemaparan kepada peserta webira agar bisa memahami konten secara utuh sebelum berkomentar. Serta bisa menebar semangat positif lewat kolom komentar.
Dilihat dari pengertiannya, komentar adalah tanggapan atau ulasan atas berita, pidato untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Biasanya di era digital ini komentar terdapat di media sosial bisa negatif atau positif tergantung dari jempol saat mengetik yang akan berakhir sebagai jejak digital.
“Di Indonesia sendiri saat ini belum ada kurikulum bagaimana pentingnya rekam jejak digital. Sehingga tidak heran bila hari ini yang terjadi komentar di medsos berseliweran dan akan jadi CV digital Anda ke depan,” ujar Eko.
Membaca kondisi yang terjadi di Indonesia di mana telah melewati masa pandemi di rumah lebih dari setahun. Orang tua bekerja di rumah, anak sekolah di rumah dan kegiatan daring termasuk bermain sosial media di dalamnya membuat penggunaan platform digital semakin lama durasinya.
Diketahui rata-rata orang menggunakan 8 jam 50 menit untuk berada di ruang digital di antaranya untuk livestreaming, podcast, bermain game. Namun yang paling besar dan bisa membawa dampak signifikan adalah durasi di media sosial yaitu 3 jam 14 yang rata-rata dihabiskan tiap orang. Di ruang digital ini seseorang bukan hanya akan menuliskan komentar tapi juga dapat menggunggah sesuatu yang ternyata tak disadari merupakan data pribadi.
“Terkait penyalahgunaan data baru 34,3% orang di Indonesia yang peduli, ini data April 2021. Masalah data ini padahal menjadi penting jika kita tidak hati-hati,” tutur Eko.
Terkait data ini, data pribadi seseorang adalah data bangsa, jika tidak dipedulikan akan mengancam kedaulatan bangsa. Eko pun berpesan bahwa catatan penting bagi semua orang, bahwa apa yang terjadi di dunia maya seharusnya tidak boleh berbeda di dunia nyata.
“Sosmed jangan gunakan untuk impress people tapi untuk memberi impact kepada banyak orang. Mari kita banjiri kanal sosial kita dengan sesuatu yang positif ,” tuturnya lagi.
Webinar Literasi Digital merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pad awebinar kali ini hadir juga nara sumber lainnya seperti Reza Hidayat, CEO Oreima Films. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
15 kali dilihat, 15 kali dilihat hari ini
[ad_2]
Sumber Berita