Bantul, Gatra.com – Kalah bersaing dengan usaha ritel menengah dan keberadaan koperasi masyarakat, ribuan gudang, lantai jemur, dan kios (GLK) yang dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) terbengkalai. Digitalisasi GLK pun menjawab berbagai tantangan yang dihadapi pengelola KUD.
Bekerjasama dengan Jaringan Logistik Indonesia (JLI), Induk KUD (INKUD) meluncurkan program alih fungsi GLK menjadi gudang grosir kebutuhan pokok masyarakat. Program ini diluncurkan pertama kali di KUD Tri Upoyo, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Direktur Utama INKUD Portasius Nggedi menyatakan terobosan ini untuk menghidupkan kembali KUD dari mati suri. Program ini juga akan mendukung usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang selama pandemi ini berperan penting menggeliatkan perekonomian.
“Digitalisasi pergudangan bertujuan memperpendek rantai distribusi antara suplai dan demand sehingga menjadikan harga di warung atau ke masyarakat lebih terjangkau. Artinya, barang dari produsen langsung masuk ke gudang di setiap kecamatan,”jelas Nggedi, Senin (31/5).
Keberadaan gudang yang lebih dekat ini juga sebagai upaya menggiatkan kembali anggota KUD. Mereka bisa mendapatkan barang-barang pokok dengan sistem konsinyasi, tanpa modal awal, selama dua minggu.
“Nilai pentingnya adalah distribusi kemakmuran. KUD bangkit, anggota sejahtera, pedagang mendapatkan keuntungan,” lanjutnya.
INKUD meyakini integrasi ini sejalan dengan upaya mereka dalam memperluas jangkauan mitra usaha hingga ke skala mikro seperti pedagang warung. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama Induk KUD.
“Kami menargetkan tahun ini digitalisasi gudang akan menyasar seribu KUD di seluruh Jawa. Program ini memiliki multiplier effect yang luar biasa, sehingga semakin banyak yang bergabung semakin bagus,” ujarnya.
Ketua Pusat KUD (Puskud) Mataram DIY, Purwadi Saleh, optimistis program ini mampu menghidupkan kembali 17 gudang yang berkapasitas satu ton dan 42 gudang dengan kapasitas 300 kilogram.
“Banyak gudang yang lama tidak terpakai, karena keterbatasan dalam hal pemeliharaan. Pemanfaatan oleh INKUD dan JLI ini akan mampu membangkitkan KUD bangkit kembali,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Bantul, Agus Sulistiyana, mengatakan program digitalisasi menjadi solusi atas persoalan yang menghambat KUD berkembang.
“Pertama, program ini akan memberikan sumber daya manusia dari kalangan muda untuk mengurusi serta menerapkan manajemen baru di KUD. Pasalnya selama ini pengurus KUD adalah warga usia lanjut,” ujarnya.
Kedua, langkah ini menjawab persoalan mengenai aset. Di masa keemasannya dulu, KUD mendapat dukungan penuh dari pemerintah untuk memanfaatkan tanah kas desa sebagai lahan usaha.
Namun perubahan administrasi memaksa pengelola KUD untuk menginventaris lagi asetnya. Melalui digitalisasi ini, Agus menyatakan KUD memiliki peluang memperpanjang penggunaan tanah kas desa karena mampu menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat.