Banyumas, Gatra.com – Raut wajah Ati Manisem, ibunda DA (9) penderita hidrosefalus berbinar saat rombongan yang terdiri dari dokter dan tim medis Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara mendatangi rumahnya. DA menderita hidrosefalus sejak usia dua bulan dan kondisinya sangat memprihatinkan. Di usia yang 9 tahun, bobotnya hanya 6,5 kilogram.
Atas inisiasi Direktur RSI Banjarnegara, dr Agus Ujianto SpB, pihak RSI menerjunkan dokter dan tenaga medis lainnya untuk melakukan home visit atau kunjungan ke rumah Dwi.
“Kami akan memantau terus kondisinya, untuk memperbaiki kondisi kesehatan umumnya. Karena dia mengalami kondisi gizi buruk. Setiap minggu [pekan] dokter akan memeriksa bersama tim medis untuk perbaikan nutrisinya,” kata dr Agus, Selasa (8/6).
Rombongan yang terdiri dari dr Mirza Nuchalida, perawat Yunut, dan Humas Nugroho Purbo mendatangi kediaman DA. Dari rumah sakit menuju ke lokasi dibutuhkan waktu satu jam dengan jalan yang menanjak dan berliku, karena berada di gugusan pegunungan selatan Banjarnegara.
“Sebelum ke rumah anak DA, kami rombongan terlebih dahulu ke Puskesmas Bawang 2, untuk melakukan kordinasi terlebih dahulu. Kami menyampaikan niat kami, tidak menutup kemungkinan kita juga akan bersama-sama pihak Puskesma melakukan kunjungan bersama, selaku pengampu wilayah,” kata Mirza.
Saat sampai di rumah sederhana berwana hijau tosca, DA sedang menangis. Tetapi begitu rombongan datang, tangis perlahan reda, setelah mencuci tangan dengan cairan handsanitizer, dr Mirza tanpa ragu langsung menggendong DA, dan tak lama tangisnya langsung reda.
“Hallo Adek [DA], gimana kabarnya…. Uh sama bu dokter langsung senyum senyum aja nih…,” kata Mirza mengawali pembicaraan sebelum memeriksanya.
Dalam keterangannya Mirza menyebut, gangguan nutrisi yang terjadi sedikit demi sedikit akan diperbaiki. “Kita akan mencoba memberikan susu yang cocok dengan usianya, makanan tambahan, vitamin dan madu. Keluarga kesulitan kalau harus datang ke rumah sakit, maka kita yang melakukan home visit,” ucao Mirza.
Dokter muda kelahiran Banjarnegara ini berharap dengan adanya tenaga medis yang datang ke rumahnya, kondisi DA terpantau, mulai kesehatan, nutrisi, dan paling penting keluarga bisa konsultasi dengan dokter.
“Ibu, ibu jangan sungkan-sungkan sama dokter yang ke sini, kalau ada keluhan ada yang perlu didiskusikan tinggal ngobrol aja, termasuk kalau ada kebutuhan lainnya,” tandas Mirza, sambil memeriksa dengan stetoskop.
Untuk diketahui, dari keterangan ibunda DA, anaknya lahir normal. Namun, saat memasuki usia dua bulan kepala DA mulai membesar. “Saat dua bulan kepalanya terlihat mulai membesar. Kemudian saya bawa ke rumah sakit, tetapi ini kondisinya masih seperti ini,” kata Ati.
Ati yang membesarkan kedua buah hatinya seorang diri itu tak putus asa mencari pengobatan untuk DA. Meski suaminya pergi tanpa kabar, Ati tetap mengusahakan perawatan di rumah sakit untuk DA.
“Kemarin 12 hari sempat dirawat di rumah sakit, tetapi kondisinya melemah. Berat badan juga turun dari 6,5 kilogram turun. Makanya saya bawa pulang,” tuturnya.
Ati menyebutkan bahwa kadangkala DA berkomunikasi dengan cara menangis saat lapar. Untuk makan DA, Ati biasa menyiapkan bubur, susu, dan buah yang sudah disaring. “Kalau makan sama bubur, bubur beras merah dan diselingi bubur yang lainnya. Selain itu susu kental manis dan buah yang sudah dilembutkan dan disaring,” imbuhnya.
Sehari-hari Ati mencari nafkah dengan membuka warung kopi. Biasanya, dari warung kopi bisa mendapatkan uang antara Rp25 ribu sampai Rp50 ribu setiap harinya. Ati sambil berkaca-kaca, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah rela membantunya.
“Saya ucapkan terima kasih kepada semuanya, yang telah rela membantu anak saya,” ucap Ati.