#  

Ini Cerita Petinggi FPI Jateng Nyoblos di Tempat Isolasi

[ad_1]

Semarang, Gatra.com – Pilkada serentak tahun ini berbeda dari pilkada-pilkada sebelumnya. Tidak sedikit warga harus menggunakan hak pilihnya di tempat isolasi karena terkonfirmasi positif Covid-19.

Salah satunya dialami oleh petinggi Front Pembela Islam (FPI) Jateng, Zaenal Abidin Petir. Pria yang akrab disapa Zaenal Petir ini harus menjalani isolasi di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah (BPSDMD) atau Balai Diklat Provinsi Jateng, Srondol, Banyumanik, Kota Semarang.

Ia terkonfirmasi terinveksi Covid-19. Dia diisolasi bersama kedua anaknya, sementara sang istri berada di rumah sakit.

Zaenal yang merupakan Ketua Bidang Advokasi dan Hukum FPI Jateng, ini harus menggunakan hak pilihnya bersama 9 warga Semarang lainnya yang juga memiliki hak suara di lokasi isolasi. Total ada 10 pemilih di lokasi isolasi BPSDMD.

Ia sebelumnya menjalani isolasi di Balai Diklat Pemkot Semarang di Ketileng, sejak 26 November sampai dengan 3 Desember lalu. Kemudian diPindah ke BPSDMD hingga sekarang.

Kepada Gatra.com, Zaenal mengaku sehari sebelumnya sudah diberikan informasi dan didata oleh petugas dari badan Diklat.

Lokasi pencoblosan berada di tengah lapangan, tanpa peneduh. Hanya ada satu bilik suara di lokasi. Setiap pemilih menggunakan hak pilihnya, setelah dipanggil oleh petugas yang menggunakan baju hazmat.

Zaenal Petir mengaku, tidak ada persiapan khusus, terlebih saat ini dalam kondisi cukup sehat meski belum dinyatakan negatif Covid-19.

“Ya agak takut sih waktu mau nyoblos. Kan yang diisolasi positif Covid semua dan paku yang dipakai juga dipakai atau dipegang pasien orang positif Covid,” ujarnya.

Namun, sebagai warga negara yang baik dan taat hukum, hal itu tidak menghalanginya untuk menggunakan hak pilihnya di Pilwakot Semarang.

“Tapi alhamdulillah berkali-kali bilik suara disemprot disinfektan, juga surat suaranya jadi termasuk prokesnya disiplin di sini,” ucapnya.

Dia berharap, Pilwakot Semarang, berjalan dengan baik dan Wali Kota terpilih benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan kesejahteraan pejabat.

“Ya karena Pilkada dibiayai dengan uang rakyat yang sangat besar, harusnya wali kota yang terpilih harus bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Kudu mikirke bebutuhan rakyat, bukan pejabat maupun kelompok maupun partai,” ucapnya.

Sementara itu, di tempat isolasi lainnya, tepatnya di rumah dinas Wali Kota Semarang, ada sekitar 40 pasien Covid-19 yang menggunakan hak pilihnya. Pelaksaan pemungutan suara dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat, setiap petugas juga dilengkapi dengan baju Hazmat.

Dinas Kesehatan Kota Semarang menerjunkan setidaknya 20 petugas kesehatan, untuk terjun dalam pemungutan suara di lokasi isolasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, beberapa waktu lalu menyebutkan, seluruh warga yang saat ini menjalani isolasi, yang memiliki hak pilih menyalurkan haknya.

Hakam juga memastikan seluruh TPS di Kota Semarang aman. Semua petugas, baik KPPS maupun pengawas TPS telah melakukan rapid test. Tak hanya itu, protokol kesehatan di TPS juga diterapkan secara ketat.

“Untuk yang di tempat isolasi sudah kami atur. Mereka sudah didaftarkan dulu sebelumnya supaya KPU menyiapkan blangkonya,” kata dia.


Reporter: Andik Sismanto

Editor: Iwan Sutiawan


[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *