[ad_1]
Pengasuh Pesantren Elbayan yang juga akademisi di IAIN Purwokerto, KH Dr. Fathul Aminudin Aziz, mengatakan, kondisi ini dipengaruhi oleh kepemilikan ijazah formal. Sebagaimana diketahui, belum ada persamaan strata antara pendidikan pesantren dengan formal.
“Kami mendorong agar ada penyetaraan antara ijazah pesantren dengan formal. Karena, di pesantren proses belajar mengajarnya sudah jelas, kemudian standar kelulusannya juga ketat dan jelas,” ucapnya.
Karena itu, dia pun mendorong agar pesantren tradisional mengadopsi pendidikan vokasi atau keahlian untuk membekali santrinya berwirausaha jika sudah lulus dari pesantren. Dengan begitu, kekurangan ijazah formal itu bisa ditutup dengan keahlian di bidang tertentu.
Harapannya, saat santri lulus pesantren bisa segera membuka lapangan pekerjaan. Sebab, kini lapangan pekerjaan semakin sempit dan kompetisi pencari kerja juga semakin sengit.
“Beberapa pesantren sudah ada pendidikan vokasi. Kami sendiri ada pertanian, peternakan, perbengkelan, koperasi, dan lain sebagainya,” ujar dia.
Fathul juga mendorong agar pesantren mulai terbuka dengan perubahan zaman. Misalnya, penggunaan ponsel dan internet. Sebab, saat ini ilmu pengetahuan salah satunya bisa diperoleh melalui dunia maya.
“Saya yakin, tiap yang diciptakan itu pasti ada manfaatnya, termasuk internet. Ini bisa memperkuat literasi santri dan pengasuh pesantren,” ujarnya.
Reporter: Ridlo Susanto
Editor: Iwan Sutiawan
[ad_2]
Sumber Berita