[ad_1]
Tahun 2020 yang penuh tantangan dan permasalahan yang ada menjadi inspirasi sebuah film bertema fashion, yang bertajuk “2020: The Year of Hope,” atau tahun harapan, karya fotografer fashion, sekaligus sutradara Indonesia, Reinhardt Kenneth, di Los Angeles California. Ini merupakan film perdana arahan pria berusia 23 tahun ini.
“Film ini mengandung pesan untuk menemukan harapan, melalui persatuan, di masa-masa yang sulit. Menurutku seni adalah bahasa yang universal. Orang-orang di Indonesia, Amerika, Tiongkok, Eropa atau dimana pun, mungkin tidak mengerti bahasa yang sama. Namun, kita bisa merasakannya. Saya harap pesan ini bisa tersampaikan ke seluruh dunia,” papar Reinhardt Kenneth kepada VOA Indonesia belum ini.
Mengambil latar belakang sebuah pesta akhir zaman, film berdurasi hampir 5 menit ini, menampilkan tujuh model, yang antara lain terdiri dari aktris Jessica Belkin, yang terkenal lewat serial televisi “Pretty Little liars” dan “American Horror Story,” produser musik, Yasmeen “YAS” Al-Mazeedi yang pernah bekerja sama dengan artis papan atas Selena Gomez, John Legend, dan Kanye West, serta sutradara, sekaligus model dan penyanyi asal Indonesia, Cheverly Amalia.
Kolaborasi Antar Benua
Untuk film “2020: The Year of Hope,” Reinhardt Kenneth berkolaborasi dengan sang ibu, yaitu desainer Diana Putri untuk Diana Couture di Surabaya. Nama Diana Putri sudah tidak asing lagi di kancah internasional. Ia sudah sering merancang busana, bahkan masker, untuk artis-artis papan atas, seperti penyanyi Ariana Grande dan Lady Gaga.
Mengingat tengah berada di masa pandemi, kolaborasi untuk film ini dilakukan secara jarak jauh. Khusus untuk film “2020: The Year of Hope” ini, Diana menampilkan koleksi pakaian dengan model bodysuit, yang berpadu kontras dengan ekor kain panjang dan dipadukan dengan masker, dengan hiasan kristal dan paku-paku metalik.
“Saya itu tetap menggunakan unsur-unsur couture (red.adibusana), tapi in a more of edgy dan vibe-nya itu, kayak end of the world vibe. Baju pesta, dimana mereka siap berjuang untuk hidup mereka. Jadi tidak terlalu elegan, tapi lebih terlihat berani. Mereka itu menunjukkan dua sisi dari seorang Diana Couture women, (yaitu) strong, yet elegant,” jelas Diana Putri melalui wawancara dengan VOA belum lama ini.
Dengan penuh kejujuran, masing-masing model yang mengenakan pakaian adibusana yang megah ini, menuangkan berbagai tragedi dan isu yang mencuat di tahun 2020, terkait dengan COVID-19, rasisme, xenofobia, gerakan Black Lives Matter dan kekerasan terhadap warga kulit hitam, serta masih banyak lagi.
Mereka mewakili berbagai perjuangan dan rasa putus asa terhadap dunia yang walau tengah dipenuhi kekacauan, namun, masih menampilkan secercah harapan.
Angkat Tema Bhineka Tunggal Ika
Salah satu pesan yang juga diangkat lewat film ini adalah semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu, sebagai fokus utama.
Inilah ide awal dari Diana dan Reinhardt untuk menampilkan tujuh model, yang memiliki latar belakang yang berbeda, dengan cerita yang berbeda-beda pula. Desainer Diana Putri menekankan, bahwa ia melihat banyak sekali kejadian di tahun 2020 yang merupakan akibat dari perpecahan dan kebencian.
“Maka dari itu sudah sepantasnya ada makna persatuan seperti yang kita punya itu, Bhineka Tunggal Ika. Jadi maka dari itu, diversity itu sangat dijunjung tinggi,” tambah Diana.
Cheverly Amalia yang menjadi salah satu model dalam film ini, menyambut baik ide tersebut. Menurutnya, “tanpa ada cinta diantara sesama manusia, bumi pasti akan hancur.”
“Sebenarnya, maknanya itu adalah tentang cinta. Memberi rasa cinta dan kesatuan. Pada intinya, kalau aku melihatnya sebagai cara untuk memberikan cinta kepada dunia, agar kita enggak usah ada perang,” tambahnya kepada VOA.
Syuting di Bangunan Ikonik
Dengan tema pesta dansa di akhir zaman, film 2020: The Year of Hope ini mengambil lokasi syuting di Millenium Biltmore, di Los Angeles.
Ini merupakan sebuah bangunan ikonik, yang telah menjadi saksi sejarah penggarapan berbagai film Hollywood, antara lain “A Star is Born” versi baru dan yang terdahulu, “the Bodyguard,” dan “Charlie’s Angels,” juga klip video musik dari penyanyi John Legend dan Taylor Swift.
Dalam kurun waktu tiga bulan, Reinhardt beserta sekitar 40 kru-nya berhasil menyelesaikan film ini, yang lalu ditayangkan secara virtual untuk pertama kalinya di ajang Thailand Fashion Week, November lalu.
“Persiapan untuk buat bajunya untuk Diana Couture, lalu (pengiriman ke Amerika) itu (kurang dari dua minggu),” kata Reinhardt.
Protokol Kesehatan Nomor Satu
Bekerja di tengah pandemi COVID-19 membuat Reinhardt dan tim menjadi ekstra hati-hati. Satu hal penting yang Reinhardt tekankan adalah keselamatan dari para krunya.
Seluruh proses syuting film “2020: The Year of Hope” ini dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah setempat dan mengikuti protokol kesehatan, seperti pengecekan suhu tubuh para kru, penggunaan masker dan face shield atau pelindung wajah.
“Aku tahu proyek aku itu selalu timnya gede ya, enggak mungkin timnya cuman kayak 5 orang. Apalagi buat fashion film dan aku sebelumnya belum pernah direct anything,” kata Reinhardt.
Berkarya Sambil Bersuara
Mengawali karirnya sebagai fotografer fashion di usianya yang pada waktu itu baru 14 tahun, Reinhardt selalu berusaha untuk tidak hanya menghasilkan sebuah karya seni, namun juga sebuah karya yang bisa menjadi wadah untuk bersuara, sekaligus berdampak baik bagi banyak orang.
Beberapa waktu lalu, karya-karya fotonya yang mengangkat isu xenofobia di tengah pandemi COVID-19, berhasil menjadi sorotan media lokal di Amerika, bahkan mengundang komentar publik.
Kini, melalui film “2020: The Year of Hope,” Reinhardt berharap orang-orang yang menonton bisa bersikap lebih baik dan merasa punya harapan.
“Saya ingin orang-orang yang menonton film ini bisa bersikap lebih baik dan merasa lebih punya harapan. Kalau kita bisa bersatu, kita bisa mengesampingkan perbedaan masing-masing, seperti warna kulit, agama, gender, dan sebagainya,” kata Reinhardt.
“Kita semua memiliki ras yang berbeda dan saya tidak mengatakan bahwa, kita semua memiliki kesempatan yang sama. Tidak. Disitulah masalahnya. Diskriminasi itu nyata. Latar belakang kita telah berdampak kepada kehidupan kita. Tapi kita harus belajar, bahwa kalau bisa bersatu, disitulah harapan yang sejati akan terlihat, karena kita akan bekerja sama untuk membantu memecahkan masalah masing-masing,” ujarnya.
Lewat film “2020: The Year of Hope” ini, Reinhardt Kenneth, Diana Putri, beserta tim-nya tidak hanya ingin menghasilkan sekadar film yang mengedepankan dunia fashion, tetapi juga mengangkat cerita yang penuh makna mengenai persatuan, yang bisa mendatangkan harapan. [di]
[ad_2]
Sumber Berita