[ad_1]
Masih dalam semangat peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, serta sejalan dengan rangkaian komitmen baru Perusahaan dalam berbagi peran membangun masyarakat yang toleran dan inklusif, Unilever Indonesia bekerja sama dengan Toleransi.id dan IDN Media menggelar diskusi interaktif bertema “Gue Udah Toleran Belum, Sih?”. Diskusi yang dihadiri oleh lebih dari 1.500 milenial ini melibatkan beberapa sosok muda inspiratif guna mengajak generasi muda turut berpartisipasi menciptakan hidup yang toleran dan inklusif.
Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia menyatakan, “Diskusi hari ini berangkat dari tema peringatan Hari Lahir Pancasila 2021, ‘Pancasila dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh’, yang hanya dapat terwujud dalam dunia yang lebih toleran dan inklusif, di mana kita menjadikan persamaan dan perbedaan sebagai kekuatan. Dalam menuju ke sana, diperlukan tindakan nyata untuk melawan diskriminasi yang seringkali terjadi tanpa kita sadari (unconscious bias), serta untuk terus meningkatkan keikutsertaan dan sebisa mungkin menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan.”
“Usaha yang terus menerus dalam melawan unconscious bias ini sejalan dengan visi kami dalam Unilever Compass, yang mana salah satu tujuannya adalah mencipatakan dunia yang inklusif dan toleran. Dalam hal ini generasi muda menjadi pembuka jalan sebagai generasi yang lebih terpapar pada banyak informasi terkini, berpikiran maju, kreatif, vokal, aktif dan berpotensi besar untuk menjadi pendorong perubahan ke arah yang lebih baik, utamanya dalam mengaplikasikan perilaku yang toleran dan inklusif di Indonesia,” lanjut Hernie.
Dalam “Indonesia Millennial Report 2020” yang dikeluarkan IDN media, terdapat 7 (tujuh) tipe milenial dengan karakteristik yang berbeda. Setiap tipe milenial mengaku terbuka dan mentolerir berbagai perbedaan, namun memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengapresiasi perbedaan dan mendukung inklusivitas.
Untuk memupuk potensi ini, mereka harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memulai percakapan seputar toleransi, mempertanyakan stereotip, menciptakan rasa kebangsaan, dan mewakilkan suara-suara yang belum terdengar. Diskusi seperti hari ini menjadi kesempatan dan platform untuk menyuarakan dan mempromosikan kesetaraan, keberagaman dan inklusi – dari milenial dan untuk milenial.
Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Toleransi.id berbagi pendapat, “Untuk menjadi toleran, ada beberapa modal dasar yang dibutuhkan generasi muda. Pertama, mereka harus punya pemikiran yang kritis sehingga tak mudah terpengaruh arus informasi yang belum jelas kebenarannya. Mereka juga perlu memiliki rasa empati, yang hanya bisa didapat jika mereka melakukan interaksi langsung dengan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. Semua hal ini harus dilakukan secara intensional dan berkelanjutan, sehingga nantinya ada gaung inspirasi yang lebih kuat untuk menggerakkan lebih banyak aksi toleransi menuju Indonesia yang lebih damai.”
Menurut Ayu pada dasarnya terdapat 4 (empat) level toleransi, yaitu: (1) Membiarkan perbedaan, (2) Menyenangi perbedaan, (3) Merayakan perbedaan dan (4) Melindungi perbedaaan. Ia percaya bahwa seiring dengan waktu dan kedinamisan dalam bermasyarakat, kita bisa secara sadar mendorong diri sendiri untuk terus “naik kelas” dalam bertoleransi.
Sementara itu, Naya Anindita, Sutradara dan Penulis Skenario muda yang sering menyuarakan keberagaman dan inklusi melalui karya-karyanya turut berbagi pengalaman, “Dalam film-film saya, saya selalu memasukkan isu-isu yang pada saat itu menjadi concern saya, dan setiap karakter bisa mewakilkan latar belakang dan value berbeda. Misalnya di ‘Imperfect: The Series’ yang menceritakan pertemanan sekelompok perempuan dari berbagai latar belakang, suku, dan ras.’’
“Salah satu hal yang saya angkat melalui series ini adalah tentang bagaimana kita bisa belajar mencintai diri kita sendiri, dan kegelisahan yang sering dialami oleh cewe-cewe yang berbeda dengan standar kecantikan pada umumnya. Hal ini juga menjadi sebuah cerminan bagi kita, bahwa ada yang masih harus dibenahi dari cara kita memandang perbedaan,” terang Naya.
Hernie menanggapi, “Melalui berbagai program, Unilever Indonesia telah mencapai berbagai kemajuan dalam mewujudkan komitmen kesetaraan, keberagaman dan inklusi.[1] Kami terus berfokus ke tahapan selanjutnya – termasuk dengan aktif melibatkan peranan dan potensi dari generasi muda. Misalnya dalam pesan-pesan yang kami suarakan melalui rangkaian brand Unilever Indonesia yang sudah sangat dekat dengan keseharian mereka. Responsnya sangat positif, karena generasi muda dapat ikut berperan menjadi bagian dari perubahan, sesuai dengan passion dan cara yang dekat dengan keseharian mereka.”
Adapun komitmen ED & I terbaru dari Unilever Indonesia yang baru diluncurkan adalah:
Kesetaraan Gender
- Mencapai kesetaraan gender di semua level manajerial pada tahun 2025
- Memberikan training Bystander Intervention (Intervensi Pelecehan) untuk 4.000 perempuan garis depan operasional Perusahaan di seluruh Indonesia, hingga tahun 2025
Kesetaraan untuk Penyandang Disabilitas
- Memastikan 100% fasilitas kantor Unilever Indonesia memiliki akses untuk individu dengan disabilitas pada tahun 2025
- Beasiswa universitas penuh untuk 5 orang pelajar dengan disabilitas di universitas terbaik pada tahun 2025
Penghapusan diskriminasi dan stigma
- Iklan yang lebih inklusif dari semua brand Unilever Indonesia pada tahun 2022
- Memperbanyak inisiatif di dalam Perusahaan guna meningkatkan nilai toleransi dan menghapuskan diskriminasi
“Rangkaian komitmen terbaru Unilever Indonesia ini sejalan dengan strategi Unilever Compass yang salah satu tujuannya adalah menciptakan dunia yang lebih toleran dan inklusif sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat di negara tempat Unilever beroperasi, termasuk di Indonesia. Kepada seluruh generasi muda, #MariBerbagiPeran dalam menggaungkan semangat toleransi di Indonesia!, ” tutup Hernie.
9 kali dilihat, 9 kali dilihat hari ini
[ad_2]
Sumber Berita