Jakarta, Gatra.com – Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Prof. Herawati Sudoyo, menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih mampu menangkal virus SARS CoV-2 yang telah bermutasi.
Herawati dalam dialog pada Selasa (15/6), menyampaikan, sebagian besar produsen vaksin Covid-19 mencoba mencapai tingkat kemajuran atau efikasi hingga 70%. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun vaksin Covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus Covid-19.
“Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin Covid-19 melawan mutasi virus Covid-19 ini. Namun, hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 itu sendiri,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, Herawati mendorong para ilmuwan untuk perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah.
“Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi Covid-19, misalnya. Hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi,” ujarnya.
Namun demikian, lanjut dia, hal-hal kecil tersebut yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. “Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” katanya.
Sementara itu, Communication Specialist UNICEF, Rizky Ika Safitri, menyarankan pemerintah menggunakan komunikasi sederhana yang mudah dipahami masyarakat. Langkah ini akan membantu menyukseskan program vaksinasi.
Pemerintah Indonesia terus berupaya mendatangkan vaksin Covid-19 melalui beragam jalur untuk menyukseskan program vaksinasi. Juru Bicara Vaksinasi Bio Farma, Bambang Heriyanto, mengatakan, hingga akhir 2021, produsen vaksin seperti Sinovac sudah memberikan komitmen mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk sejumlah 260 juta dosis.
Selain itu, masih ada vaksin Covid-19 yang akan didatangkan dari jalur kerja sama multilateral atau fasilitas COVAX yang kini telah datang sebanyak 8 juta dosis.
“Kemudian kita juga punya sumber lain dari perjanjian bilateral dengan AstraZeneca dengan komitmen sebesar 50 juta, Novavac 50 juta, dan apabila dari COVAX,” katanya.
Bambang melanjutkan, Indonesia juga bisa mendapatkan komitmen hingga 20% dari jumlah penduduk. “Kita bisa mencukupi kebutuhan dosis vaksin untuk herd immunity,” ujarnya.
Herawati menambahkan, kalau semua pihak bisa bekerja sama dengan baik, ia optimistis bahwa semua masalah mengenai vaksinasi bisa teratasi. Kalau seandainya semua sudah divaksinasi, tetap harus saling mengingatkan bahwa vaksin bukan satu-satunya cara untuk mengalahkan virus ini.
“Jadi yang sudah mulai longgar protokol kesehatannya karena adanya program vaksinasi, harus kita perketat protokol kesehatan kita lagi karena adanya mutasi virus baru yang sudah bertransmisi lokal,” katanya.