#  

Cerita Produsen Trofi Burung, Remuk Dibanting Pandemi

[ad_1]

Pati, Gatra.com – Kecamatan Juwana dan sekitarnya selama ini dikenal sebagai sentra logam, alumunium, dan kuningan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Namun dari sekian perajin, hanya satu yang menspesialisasikan diri memproduksi trofi dan piala dalam kejuaraan burung. Bahkan produknya tidak hanya merambah seantero Nusantara saja, tetapi juga sampai ke luar negeri.

 

Produsen Trofi Khusus Event Burung, Udin Trophy mengatakan, sudah menekuni kerajinan alumunium dan kuningan khusus piala burung sejak 6 tahun silam. Berkat usahanya itu, produknya dikenal luas di Indonesia bahkan Thailand. “Alhamdulillah, sudah seluruh Indonesia. Pada tahun 2018 ada order dari Thailand. Hampir seluruh event, trofi kita buat. Untuk event paling besar nasional kita ngerjain piala Presiden Jokowi sama Presiden Cup,” ujarnya saat ditemui Gatra.com di rumahnya turut Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Rabu (2/6).

 

Meski kualitas produknya tidak diragukan oleh pecinta dan penyelenggara lomba burung. Namun ia mengaku, usahanya sempat mandek 3 bulan karena terdampak pagebluk. Imbasnya agar asap dapur tetap mengepul, ia banting stir menjadi penjual ikan koi. Sementara puluhan karyawan yang menggantungkan hidup dari pembuatan trofi burung terpaksa di rumahkan sementara, saat itu. “Sejak 15 Maret kita off total, saya terpaksa beralih profesi menjadi penjual ikan hias. Karena pandemi Covid-19, semua event berung off kan. Alhamdulillah, bulan Juli mulai masuk pesanan dikit-dikit,” jelasnya.

 

Meski permintaan pasar masih lesu hingga 75% dibandingkan masa sebelum pandemi, Udin memberanikan diri tetap produktif. Dengan begitu 30 dari total 50 karyawannya bisa tetap menyambung hidup. Selain itu, event burung di Jawa Timur dan luar Jawa mulai menggeliat. “Kalau sebelum pandemi, minim sehari tiga hingga empat event burung dapat kita pegang. Sekarang, seminggu paling enam event saja atau sehari satu lah,” imbuhnya.

 

Berbeda dengan perajin trofi kebanyakan, Udin menjamin kualitas produknya tidak akan terkorosi dimakan waktu. Lantaran dalam proses produksi, ia hanya menggunakan bahan-bahan unggulan sehingga mutu terjamin.  Dijelaskannya, lantaran bahan baku seperti alumunium sekarang mengalami kenaikan 30-40% sejak 4 bulan belakangan. Imbasnya, ia terpaksa menaikkan harga kerajinan trofi buatannya 10-20%.

 

“Meski bahan baku rada kesulitan dan mengalami kenaikan karena barang mentah dari luar negeri tidak bisa masuk ke Indonesia. Namun kita berusaha tetap menjaga mutu dan harga, ya kita naikkan sedikit, otomatis omzet menurun drastis. Terpenting karyawan bisa tetap kerja,” ungkapnya.

 

Selain memilah alumunium dan kuningan berkualitas, proses pengerjaan dan motif pesanan juga sangat diperhatikan. Misalnya untuk satu trofi, mulai dari proses pengecoran hingga finishing ia punya trik tersendiri agar trofi buatannya awet dan enggak pudar warnanya. “Keunggulan produk kami, kualitas trofi yang baik, tahan lama, juga model dan motifnya terbaru. Setiap pesanan yang masuk, kita sangat perhatikan detail, sehingga penyelenggara event burung tidak kecewa. Itulah yang membuat kita dipercaya sampai sekarang,” bebernya.

 

Setiap event burung, terang Udin, minimal pesanan trofi mencapai 100 buah. Sementara untuk tiap item dijualnya mulai dari harga Rp50.000-5.000.000, tergantung bahan, lama proses pengerjaan, serta volume dan besar trofi. “Paling besar pernah kita buat setinggi 80 sentimeter. Sekali lagi kita utamakan mutu dan kualitas karena banyak event nasional yang kita pegang,” pungkasnya.

[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version