Deepfake, Antara Keisengan Teknologi dan Konten Masa Depan

[ad_1]


Telegraf – Beberapa bulan yang lalu, jutaan pemirsa televisi di Korea Selatan menonton saluran MBN untuk mendapatkan berita terbaru.

Pada jam-jam sibuk, penyiar berita Kim Joo-Ha mulai membacakan berita utama hari itu.

Daftar beritanya relatif normal untuk akhir 2020, penuh dengan Covid-19 dan perkembangan terbaru tentang penanganan pandemi.

Namun buletin yang satu ini jauh dari normal, karena sebenarnya bukan Kim Joo-Ha yang tampil di layar. Dia telah digantikan oleh versi “deepfake” dari dirinya sendiri, salinan buatan komputer yang berusaha meniru suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajahnya dengan sempurna.

Para pemirsa telah diberi tahu bahwa ini akan terjadi, dan media Korea Selatan melaporkan bahwa orang-orang memberi tanggapan beragam setelah menontonnya.

Sebagian orang takjub pada betapa realistisnya tiruan itu, sebagian yang lain mengatakan mereka khawatir Kim Joo-Ha yang asli akan kehilangan pekerjaannya.

Kim Joo-Ha yang tampil di layar. Dia telah digantikan oleh versi “deepfake” dari dirinya sendiri. MBA

MBN mengatakan akan terus menggunakan deepfake untuk beberapa laporan breaking news, sementara perusahaan di balik teknologi kecerdasan buatan itu perusahaan Korea Selatan Moneybrain mengatakan mereka akan mencari media lain yang berminat di China dan AS.

Saat kebanyakan orang mendengar deepfake, mereka membayangkan video palsu selebritas.

Bahkan, baru minggu lalu video asli tapi palsu semacam itu yang menampilkan wajah aktor Hollywood Tom Cruise menjadi berita utama di seluruh dunia setelah muncul di TikTok.

Video Deepfake ini terlihat seperti Tom Cruise tetapi bukan.

Terlepas dari konotasi negatif seputar istilah deepfake orang biasanya tidak ingin dikaitkan dengan kata “palsu”, teknologi ini semakin banyak digunakan secara komersial.

Lebih sopan disebut AI generated video, atau media sintesis, penggunaannya berkembang pesat di berbagai sektor termasuk berita, hiburan dan pendidikan, dengan teknologi yang semakin canggih.

Salah satu perusahaan komersial yang pertama kali mengadopsinya adalah Synthesia, perusahaan berbasis di London yang membuat video pelatihan yang didukung kecerdasan buatan (AI) untuk perusahaan periklanan global seperti WPP dan konsultan bisnis Accenture.

“Ini adalah masa depan pembuatan konten,” kata kepala eksekutif dan salah satu pendiri Synthesia, Victor Riparbelli.

Untuk membuat video dengan AI menggunakan sistem Synthesia, anda cukup memilih satu dari sejumlah avatar, ketikkan kata-kata yang anda ingin mereka katakan, selesai.

Pengguna platform Synthesia memilih dari sejumlah avatar untuk Deepfake.

Riparbelli mengatakan ini berarti perusahaan global dapat dengan mudah membuat video dalam berbagai bahasa, misalnya untuk pelatihan internal.

“Katakanlah Anda punya 3.000 pekerja di sebuah gudang di Amerika Utara,” katanya.

Beberapa dari mereka berbicara bahasa Inggris, tetapi beberapa mungkin lebih akrab dengan bahasa Spanyol.

Jika anda harus mengkomunikasikan informasi yang kompleks kepada mereka, dokumen PDF empat halaman bukanlah cara yang bagus. Akan jauh lebih baik bila Anda membuat video dengan durasi dua atau tiga menit, dalam bahasa Inggris dan Spanyol.

“Jika anda harus merekam setiap video itu, akan repot sekali. Sekarang kami dapat melakukannya dengan biaya produksi murah, dan berapa pun waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menulis naskah. Itu kurang-lebih menjelaskan bagaimana teknologinya digunakan dewasa ini.” imbuhnya.

Mike Price, chief technology officer ZeroFox, perusahaan keamanan siber di AS, mengatakan penggunaan komersial deepfake tumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun, namun jumlah pastinya sulit untuk dijabarkan.

Namun, Chad Steelberg, kepala eksekutif Veritone, penyedia teknologi kecerdasan buatan di AS, mengatakan bahwa kekhawatiran akan bahaya deepfake menahan investasi dalam penggunaan teknologi tersebut yang sah dan komersil.


Photo Credit: Deepfake Tom Cruise sedang berbicara dengan kamera, tetapi semuanya palsu – dibuat menggunakan teknologi mirip dan komputer. The Verge

 

Latest posts by Didik Fitrianto (see all)



[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version