[ad_1]
Semarang, Gatra.com- Produk hortikultural seperti sayuran dan cabai selama ini memiliki daya tahan yang relatif pendek, dalam hitungan hari sudah busuk dan tidak layak untuk dikonsumsi. Kondisi ini tentunya merugikan para petani sayuran dan cabai, termasuk para pedagang karena harus berpacu dengan waktu sebelum komoditas tersebut busuk.
Namun, sekarang sudah ada solusi untuk memperpanjang daya tahan sayuran dan cabai tetap dalam kondisi segar serta layak dikonsumsi manusia. Telah diproduksi alat D’ozone dengan memanfaatkan ozon yang bisa membuat produk hortikultural bisa tahan lama, bahkan untuk cabai bisa sampai dua bulan tetap segar.
D’ozone produksi dalam negeri dibuat oleh PT. Dipo Technology berlokasi di Semarang Jawa Tengah, telah mengantongi izin edar dan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). “D’ozone bisa menyelamatkan para petani Indonesia dari kerugian ekonomi, khususnya pascapanen, karena bisa memperpanjang daya tahan segala macam sayuran, bawang, cabai, dan beras,” kata Direktur PT. Dipo Technology, Azwar saat berbincang dengan Gatra.com di pabrik Kawasan Industri Candi Semarang, Selasa (25/5).
Menurutnya, cabai yang biasanya hanya bertahan hanya lima hari, dicuci selama 15 menit dengan menggunakan D’ozone bisa tahan sampai dua bulan, sehingga kalau harga cabai tidak bagus bisa disimpan dulu. Sayuran brokoli dicuci lima menit dengan D’ozone bisa sampai dua pekan, demikian pula sayur kangkung dapat tahan empat hari.
Bahkan untuk beras bisa sampai tiga tahun beras masih bagus layak untuk konsumsi. Kalau beras tidak dicuci, tapi gas ozon di lepas di gudang penyimpanan beras, demikian untuk bawang menggunakan gas ozon. Hal ini karena alat D’ozone mengandung ozon akan menghilangkan jamur, bakteri, dan pestisida sumber pembusuk yang dibawa produk mulai saat masih di pohon sampai dipanen.
“Kapasitas rak pencucian D’ozone untuk cabai bisa sampai 100 kg, sehingga kalau 1 ton ya10 kali pencucian. Kalau untuk beras, gas ozon yang ada di D’ozone bisa mengawatken 15 ton beras, demikian pula untung bawang bisa 15 ton,” ujarnya. Alat D’ozon terdiri atas seperangkat mesin yang memproduksi ozon, bak pencuci, dan bak penirisan.
Lebih lanjut Azwar menyatakan, produk alat D’ozone hasil riset selama 30 tahun yang dilakukan Center for Plasma Research (CPR) Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Saat ini alat D’ozone telah digunakan di sejumlah daerah di Tanah Air antara lain, Maluku, Sulawesi, Kalimantan Timur, Jambi, Medan, dan Nusa Tenggara Barat. “Alat ini (D’ozone) 95 persen menggunakan komponen lokal dalam negeri, tapi kualitasnya terjamin,” ujarnya.
Kapasitas produksi D’ozone sekarang mencapai 50 unit per bulan. Kapasitas bisa ditingkatkan sesuai permintaan konsumen karena sudah menempati lokasi di Kawasan Industri Candi Semarang. “Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa memfasilitasi pengadaan alat D’ozone bagi petani di daerahnya masing-masing,” kata Azwar.
[ad_2]
Sumber Berita