#  

Gubes Undip: Tahun 2100 Usia Orang Indonesia di Atas Rata-Rata Dunia

[ad_1]

Semarang, Gatra.com – Usia harapan hidup orang Indonesia terus meningkat, jika pada dekade tahun 80-an angka harapan hidup tidak mencapai 60 tahun, maka sekarang telah mencapai 71 tahun. Bahkan, pada tahun 2100 usia harapan hidup orang Indonesia berada di atas rata-rata usia harapan hidup dunia.

Hal ini dikatakan Prof. Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes, Sp.SK dalam pidato ilmiah pada pengukuhan sebagai guru besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) di kampus Undip Tembalang Semarang, Kamis (10/6). Pengukuhan Prof. Dwi sebagai guru besar (gubes) Ilmu Penyakit Syaraf FK dilakukan Rektor Undip, Prof. Yos Johan Utama.

Meningkatnya usia harapan hidup ini, menurut Prof. Dwi, berdampak pada meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) yang rentan mengalami penurunan kualitas hidup akibat berbagai penyakit.

“Perubahan perilaku manusia juga telah menyebabkan terjadinya perubahan pola penyakit. Di tahun 1990-an, penyebab kesakitan dan kematian adalah penyakit menular (seperti ISPA, TBC, dan diare), maka sejak tahun 2010 telah berubah menjadi penyakit tidak menular, seperti Hipertensi, stroke, jantung, kanker, dan diabetes mellitus,” katanya.

Menurutnya, Prof. Dwi yang juga dekan FK, yang perlu diperhatikan adalah perdarahan mikro pada otak (PMO) karena salah satunya berhubungan dengan hipertensi dan dampak yang ditimbulkan berhubungan dengan kejadian stroke maupun penurunan fungsi kognitif dan demensia.

Penderita PMO tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gejala dan tanda klinis yang khas, padahal telah terjadi penurunan fungsi kognitif dan berisiko untuk terjadinya stroke serta demensia.

“PMO semakin meningkat dengan betambahnya usia dan berbagai faktor risiko, seperti hipertensi, hiperkolesterol, DM, dan merokok. PMO dapat dideteksi dengan mudah menggunakan Magnetic Ressonance Imaging (MRI),” ujar Prof. Dwi.

Namun saat ini, sambung Prof. Dwi, MRI belum digunakan untuk pemeriksaan/skining secara rutin bagi orang yang masih aktif bekerja, terutama sebagai pengambil keputusan.

Pemeriksaan dengan MRI ini perlu dilakukan sebagai upaya deteksi dini terhadap dampak yang ditimbulkan pada fungsi kognitif, terutama kemampuan mengambil keputusan dan risiko terjadinya stroke.

“Kewaspadaan terhadap PMO harus dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor risikonya. Kondisi PMO perlu mendapatkan perhatian secara medis karena akan sangat memengaruhi pengobatan penyakit penyerta,” ujarnya.

Adanya keterbatasan MRI di Fasilitas pelayanan Kesehatan menyebabkan upaya preventif dan promotif dengan pola hidup sehat menjadi bagian terpenting upaya masyarakat mempertahankan kualitas hidup dalam mewaspadai PMO.

“Beberapa pola hidup sehat yang dapat dikerjakan masyarakat adalah dengan melakukan aktivitas fisik, memperhatikan pola makan dengan memperbanyak sayur dan buah, serta melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi masyarakat yang berusia >15 tahun,” kata Prof. Dwi.



Reporter: Insetyonoto


Editor: Iwan Sutiawan


   


[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version