#  

Literasi Digital Diperlukan Agar Tercipta Budaya Digital yang Positif

JAKARTA – Perkembangan teknologi informasi dan pandemi covid-19 memaksa dunia serta Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan media digital atau internet untuk kehidupan sehari-hari. Perubahan ini menghasilkan lonjakan jumlah pengguna internet sekaligus menciptakan sebuah budaya baru di masyarakat.

Devie Rahmawati, dosen program vokasi hubungan masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan ada budaya digital yang kini menjangkiti masyarakat sebagai sebuah budaya baru yang bertolak belakang dengan budaya yang selama ini ada di kehidupan sehari-hari.

Karakteristik masyarakat masa kini ialah sangat banyak menerima informasi. Jika dulu untuk melakukan riset saja harus pergi ke berbagai kampus dan dicatat semua informasi yang didapat.

“Sekarang informasi, istilahnya tumpah ke kita malah yang akhirnya jadi masalah. Semakin lemah budaya kurasi, kita tidak tahu mana yang benar, bingung karena semua informasi kita dapatkan,” kata Devie, saat webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat I, Kamis (3/6/2021).

Perkembangan media digital juga membuat masyarakat masuk dalam era attention culture, dimana masyarakat sekarang lebih banyak posting sehingga akhirnya melewatkan momen. Saat berlibur bukan menikmati pemandangan indah tapi sibuk untuk membagikan kepada pengikut di media sosial.

“Banyak yang menyebut dan mengklaim bahwa manusia saat ini adalag manusia paling stress yang pernah ada selama peradaban manusia hidup di muka bumi. Sebab, yang terjadi kini banyak orang yang membandingkan diri mereka dengan orang lain,” kata Devie.

Perubahan karakter dan gaya hidup di masyarakat menguatkan kebutuhan perlunya pemahaman literasi digital dilakukan secara masif, menyeluruh, dan berkesinambungan. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyusun Peta Jalan Literasi Digital 2021 -2024 yang menggunakan sejumlah referensi global dan nasional.

Pemerintah telah menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan akan berulang setiap tahunnya, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024. Oleh karena itu, dibutuhkan penyelenggaraan kegiatan literasi digital yang masif di 514 kabupaten/kota, di 34 provinsi, di Indonesia.

“Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian. Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital,” ujar Presiden Joko Widodo saat membuka program Literasi Digital Nasional.

Kegiatan literasi digital bertujuan untuk membangun wawasan dan pengetahuan terkait literasi digital dalam bentuk Seminar dan Diskusi secara online (untuk peserta) dan offline (untuk narasumber dan moderator) dengan target penduduk di kabupaten/kota tersebut khususnya ASN, TNI/Polri, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, Ibu Rumah Tangga, petani, nelayan, dan pelaku UMKM.

Literasi digital bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet. Selain itu, dari kegiatan yang masif ini juga diharapkan tercapai target 931.357 orang yang mendapatkan literasi digital pada tahun 2021.

Webinar Literasi Digital di wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Diena Haryana yang berbagi tentang keamanan internet untuk anak, serta Aribowo Sasmito dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.

[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version