[ad_1]
Jakarta, Gatra.com – Enam mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) yang tergabung dalam tim Gundala FTUI, yakni Muhammad Damar Kalamgung, Sauqi Malikal Mahira, Kenny Anderson, Liem Cu Sin, Dharma Saputra yang merupakan mahasiswa dari Program Studi atau Prodi Teknik Industri 2017, serta satu mahasiswa dari Prodi Teknik Perkapalan 2017, Fadlu Rahman Sirahudin Majid, merancang masker ramah lingkungan, “MaxMask”.
Dilansir dari siaran pers yang diterima Gatra.com pada Selasa siang, (25/5) berkat rancangan produk masker yang ramah lingkungan tersebut, Tim Gundala FTUI berhasil meraih Bronze Medal di ajang Asian Students Venture Forum 2021 (ASVF 2021), yang diselenggarakan secara daring di Korea.
Diketahui, ASVF 2021 merupakan acara pertukaran item ventura internasional yang diadakan oleh The Korea Economic Daily. ASVF 2021 menjadi wadah yang memungkinkan para mahasiswa dari negara-negara di Asia menyampaikan presentasi tentang produk mereka dan berpeluang untuk saling tukar topik umum, misalnya tentang budaya, ekonomi dan masyarakat.
Di samping itu, MaxMask adalah masker washable karya mahasiswa yang memberikan perlindungan lebih efektif daripada masker kain biasa, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama, lebih ramah lingkungan serta memiliki harga yang kompetitif. Inovasi masker ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan para mahasiswa FTUI terhadap semakin banyaknya limbah masker medis di seluruh dunia selama satu tahun terakhir. Peningkatan limbah masker medis ini terkait erat dengan aturan pemakaian masker dalam penerapan protokol kesehatan untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19.
Berdasarkan data dari OceansAsia, tercatat 52 miliar masker medis telah diproduksi hingga akhir tahun 2020. Dari jumlah itu, 1.56 miliar masker atau sekitar 4680-6240 ton menjadi limbah masker yang mengotori lautan. “Jumlah limbah masker ini bila kita jajarkan, sama dengan tujuh kali panjang lingkar bumi. Limbah masker medis ini sangat membahayakan dan mengancam keberlangsungan hidup hewan-hewan laut seperti penyu dan ubur-ubur,” ungkap Muhammad Damar, ketua tim Gundala FTUI.
Masker sekali pakai memang memiliki efektivitas yang cukup tinggi, namun limbah masker itu mengotori lingkungan. Sementara itu, masker washable yang dapat dipakai berkali-kali, hanya dapat melindungi dari ancaman virus sebesar sekitar 40%, serta menggunakan bahan yang tipis. Bila dibandingkan, MaxMask memiliki efektivitas perlindungan virus sekitar 80%, washable dan dapat dipergunakan kembali hingga 3 bulan. “Berdasarkan kalkulasi tim kami, untuk dua tahun pertama penggunaan MaxMask secara luas di masyarakat, dapat membantu mengurangi limbah masker medis di lautan hingga 650.000 masker medis,” kata Sauqi Malikal Mahira, salah satu yang merancang MaxMask.
Adapun MaxMask dirancang sebagai masker kain dengan tambahan filter pad. Pada bagian dalam MaxMask terdapat celah untuk menyisipkan filter pad tersebut. Selain bermanfaat untuk menyaring kotoran partikel udara, filter pad pada MaxMask juga mengandung fragrance essence oil yang berfungsi sebagai aromaterapi. Filter pad ini terbuat dari komposisi pulps, active charcoal, BMF Indicator 6-7%, Na2CO3, coloring pigments, fragrance essence oil, printed art paper dan segel hologram.
“Kami berharap, inovasi MaxMask ini dapat dikembangkan secara komersial ke depannya, sebagai alternatif penggunaan masker medis dan langkah nyata sumbangsih FTUI dalam pelestarian lingkungan. Inovasi MaxMask ini juga sekaligus memenuhi pencapaian tiga Sustainable Development Goals, yaitu No. 9. Infrastruktur, Industri dan Inovasi, No. 12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan No. 14. Menjaga Ekosistem Laut,” ujar Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng.
[ad_2]
Sumber Berita