#  

Penggugat Juliari Sedih Bansos Dikorupsi, Warga Miskin Kelaparan

[ad_1]

Jakarta, Gatra.com – Sri, warga Jakarta Utara (Jakut), mengaku sangat sedih ketika mendengar bantuan sosial (Bansos) penanggulangan pandemi Covid-19 dikorupsi. Sri yang berasal dari Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) ini, dalam konferensi pers virtual pada Minggu (13/6), menyampaikan, sangat sedih karena di satu sisi, banyak warga yang kelaparan setelah pandemi ini merebak.

“Sangat sedihnya itu mendengar bansos dikorupsi. Pantesan warga kita banyak yang menangis, kok saya enggak dapet bu Sri, saya enggak dapet bu Sri,” ungkapnya menirukan ucapan sejumlah warga.

Bukan hanya itu, kata Sri, ada sejumlah ibu di kampungnya yang datang ke rumah mengatakan bahwa anaknya lapar dan suaminya sudah tidak bekerja. “Saya sering menangis,” ungkapnya.

Sri yang juga kondisinya sangat terbatas, kemudian mengarahkannya kepada ketua RT dan RW. “Mereka ke Pak Luruah. Diterima sih dari kelurahan itu, memang datanya enggak ada. Ya Allah sangat sedih sekali,” ungkapnya.

Ia menuturkan, setelah terjadi pandemi Covid-19, ada pembagian sembako dari pemerintah. Namun, pembagiannya tidak merata. Bukan hanya itu, sembako yang dibagikan pun di antaranya tidak layak konsumsi, seperti sarden dan beras.

“Berasnya pun seperti beras raskin, udah keadaan susah makan beras gitu, pembagian enggak rata, gimana ya. Sangat sedih lah,” ungkapnya.

Menurutnya, rasa sardennya tidak enak. “Kucing dikasih mau, tetapi akhirnya kucingnya mencret. Saya akalin, saya jual karena saya jualan nasi, saya jual murah yang penting mereka makan kenyang, pun enggak ada yang beli. Sedihnya di situ, berasnya pun ini beras sembako tidak mau juga yang beli, pada akhirnya warung sepi, inilah dampaknya.”

Sri sempat menanyakan kepada RT soal sejumlah warga yang tidak mendapat Bansos Sembako. Ketua RT lalu menunjukkan data warga penerimanya.

“Nih bu Sri kalau tidak percaya, hanya dapatnya sekian warga bu Sri. Itu lagi sembako,” ungkapnya menirukan ucapan ketua RT setempat.

Setelah melapor banyaknya warga kurang mampu tidak mendapat Bansos Sembako kepada ketua RT, kemudian pemerintah memberikan bantuan tunai sebesar Rp300.000. Kali ini, pembagiannya terbilang cukup merata di wilayah RT tersebut. Pada Bansos sembako hanya 30 orang, sedangkan saat bantuan tunai menjadi 76 orang.

“Uang tunai itu hampir rata meskipun berapa orang yang tidak menerima, tetapi mendingan, hampir rata dibandingkan sembako,” katanya.

“Kedua, ketiganya yang kita mengharap-harapkan kemarin dapat, ternyata yang dapat hanya persetiganya,” ujar dia.

Sri mengaku lega dapat menyampaikan kondisi warganya. Yang disampaikan ini merupakan kondisi yang terjadi dan menjadi keluh kesah warga begitu susahnya setelah pandemi merebak.

“Mohon perhatian dari aparat-aparatur pemerintahan hak-hak masyarakat miskin seperti kita ini tolong dikembalikan,” katanya.

Ia meminta aparat penegak hukum harus menghukum pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus bansos sesuai perbuatan yang telah mereka lakukan, serta memperhatikan dampak korupsi ini yang dialamai oleh masyarakat miskin.

“Tolong dihukum semestinya, biar dia merasakan pedihnya orang lapar, pedihnya orang kekurangan uang, kekurangan segalanya. Saya mohon dengan hormat, saya dengan ucapan ini, misalkan ada salah ucap, saya mohon, minta maaf karena sangat lega hati saya, ini banyak korban, banyak kesedihan di kampung-kampung kita ini,” ungkapnya.



[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version