#  

Setiap Tahun, 76.000 Ibu Meninggal Akibat Preeklampsia

[ad_1]

Jakarta, Gatra.com– Secara global, tiap tahunnya 76.000 ibu dan 500.000 bayi meninggal dunia akibat preeklampsia atau kondisi hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan, menurut data yang diungkapkan oleh dokter spesialis obsteri dan ginekologi dari Himpunan Kedokteran Fetomaternal (HKFM) Surabaya, dr. Manggala Pasca Wardhana.

Namun, angka itu 99 persen tidak proporsional dan preeklampsia itu terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah ke sedang. “Indonesia ini termasuk rendah, sedang sepertinya ya. Jadi, kita termasuk di area-area di mana angka kematian cukup banyak sekali ya akibat preeklampsi ini ya,” kata Manggala, dalam edukasi virtual mengenai preeklampsia pada ibu hamil, yang diadakan pada Jumat siang, (21/5).

Pun diketahui, 1 dari 10 ibu hamil (bumil) mengalami preeklampsia dan 20 persen berkaitan dengan persalinan preterm atau proses persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20-36 minggu.

Manggala mengungkapkan angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 akibat preeklampsia yaitu 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Di mana targetnya di tahun 2024 adalah 183 dan 2030 mendatang itu 70. “Jadi kita posisinya di 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Kalo ngeliat Indonesia aja mungkin kita enggak ngerasa bahwa kita itu masih bagus ya, tapi kalo kita negara ASEAN [Association of Southeast Asian Nations] aja, ternyata kita ini 2 terbawah ya. Yang lebih tinggi dari kita hanya Laos, yang lain-lain, negara-negara yang kita kadang-kadang disandingkan untuk bersaing seperti Malaysia dan lain sebagainya, ini sudah dua digit, hanya 24 per 100 ribu kelahiran hidup,” jelasnya.

Sementara itu, terang Manggala, diperkirakan total ibu yang meninggal di Tanah Air mencapai 14.640 per tahun. “Ini jumlah yang cukup banyak, yang dilaporkan mungkin sekitar 5 ribu tapi kalo kita proyeksikan dari jumlah ibu yang melahirkan dan angka kematian kita di 305 per 100 ribu, ini kira-kira proyeksinya sekitar hampir 15 ribu ibu hamil yang meninggal tiap tahunnya yah,” katanya.

Seraya Manggala menambahkan, untuk itu masyarakat perlu mengenal preeklampsia ini. Di mana dulunya kata eklampsia berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kilat. Kata tersebut sebagai perumpamaan untuk menggambarkan terjadinya kondisi kejang yang mendadak pada kehamilan seperti kilat. “Ini ibu hamil tiba-tiba kejang padahal enggak ada gejala apa-apa dan lain sebagainya, mungkin jaman dulu belum ada pengukuran tensi dan lain sebagainya ya,” ujarnya.

“Dan kita, yang kita rayakan ini, bukan kita rayakan ya [Hari Preeklampsi Sedunia], yang kita tingkatkan awarenessnya ini adalah preeklampsi. Di mana ini adalah kondisi sebelum terjadi eklampsi atau kejadian sebelum kejang itu,” imbuh Manggala.

[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version