[ad_1]
Menurut dia, wisatawan selama ini telah mengetahui keberadaan Candi Borobudur, Mendut dan Pawon. Namun demikian sebenarnya di kawasan Candi Borobudur masih terdapat situs-situs yang layak untuk dikunjungi juga.
Adapun situs-situs yang ada antara lain Situs Dipan di Dusun Dipan, Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur. Kemudian, Situs Brongsongan, yang ada di Dusun Brongsongan, Desa Wringinputih. Selain itu, masih ada Situs Bowongan, Situs Samberan, Situs Plandi dan Kompleks Makam Belanda (Kerkhoff).
“Potensi yang ada di sekitar Borobudur luar biasa dan ada situs-situs yang layak dikunjungi. Seperti Situs Liyangan (di Temanggung) ini kan luas sekali. Apalagi di Temanggung saya dengar Covidnya lumayan amanlah, dan inikan tempat terbuka jadi saya kira kalau kunjungan tidak sampai akan berdesak-desakan yang menimbulkan kerumunan. Bahkan tahun depan mungkin saat tempat-tempat lain seperti museum itu masih terbatas pengunjungnya di sini sudah bisa kita buka tentu dengan pengawalan yang ketat pastikan protokol kesehatan dipatuhi,” katanya Kamis (24/12).
Lebih jauh ia menjelaskan sampai saat ini banyak situs yang terlihat baru ibarat kulitnya dan belum sampai pada intinya. Untuk itu, upaya penyelamatan situs masih banyak yang harus dikerjakan. Apalagi mandatnya adalah perlindungan maka yang diutamakan adalah keselamatan dari situs.
Selain mengunjungi Situs peninggalan era Mataram Kuno Liyangan di Desa Purbosari, Kecamatan, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, ia juga mengunjungi Situs Dipan dan Situs Brongsongan di Magelang. Sebelumnya ia mengunjungi Sendang Lanang dan Sendang Wadon yang berada di belakang Candi Pawon.
“Kemarin sempat diajak ke belakang Candi Pawon, Sendang Lanang dan Sendang Wadon itu ternyata ada juga struktur. Teman-teman kan sementara menduga ini nggak berdiri sendiri jadi ada sambungannya. Nah ini, tentu kalau kita terus melakukan penggalian akan ada kemungkinan mengangkat lebih banyak lagi,” tuturnya.
Terkait dengan Situs Dipan dan Brongsongan ke depannya, Hilmar mengatakan, keberadaan ini nantinya akan menjadi prioritas. Hal ini mengingat masih bisa dikembangkan terlebih Borobudur menjadi destinasi super prioritas sehingga perlunya ada atraksi yang berada di sekitarnya.
“Kalau yang pasti selama ini kan penggalian dilakukan oleh teman-teman di Balai Konservasi. Kalau melihat kemungkinan masih adanya hal lainnya pasti kita mau prioritaskan juga. Ini kaitannya Borobudur jadi super destinasi. Super destinasi ini kan, selama hanya ini yang fokus di Borobudur saja, sementara ada begitu banyak kemungkinan-kemungkinan lain,” terangnya.
Dikatakan, ketika ada lebih banyak atraksi yang di luar, orang tidak akan bertumpuk semuanya, kemudian fokus ke Borobudur. Ada banyak fokus lain dan tentu nanti akan ada kerja sama lintas sektoral misalnya dengan Dinas Pariwisata yang selama ini mengelola, juga pemerintah daerah, sehingga lokasi lain bisa dilihat juga. Menyinggung perihal wisata edukasi atau paket wisata khusus, kata dia, kerja arkeologi dan seterusnya sangat menarik dengan sasaran wisatawan yang tidak sekadar ingin foto maupun selfie, namun mereka yang ingin belajar.
“Jadi jangan cuman melihat pas sudah jadi, melihat dalam proses kunjungan kayak begini (melihat situs), kunjungan kita kasih penjelasan mengenai kerja arkeologi dan seterusnya itu akan sangat menarik. Mungkin itu malah jadi paket-paket khusus yang sasaranya ke orang-orang yang nggak pengen lihat candi dan selfie di sana (Borobudur). Tapi memang pingin belajar sesuatu, mestinya sangat bisa memanfaatkan situs-situs yang berkembang ini, dan jumlahnya cukup banyak,” terangnya.
Reporter: Raditia Yoni
Editor: Rohmat Haryadi
[ad_2]
Sumber Berita