#  

Sosok Sekda Baru Asahan, Dari Pemasok Ayam hingga Menjadi Penjabat Bupati

[ad_1]

Asahan, Gatra.com- Bupati Asahan, Surya telah melantik Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Asahan yang baru,  Jhon Hardy Nasution. Mantan Asisten I Bidang Pemerintahan Pemkab Asahan ini dilantik, Jumat (4/6) untuk mengisi kekosongan jabatan Sekdakab Asahan setelah mantan Sekdakab Asahan, Taufik ZA Siregar mengundurkan diri karena maju  sebagai Calon Wakil Bupati Asahan dalam Pilkada serentak Tahun 2020.  

Jhon bukan orang baru dalam jajaran birokrasi Pemkab Asahan. Segudang jabatan pernah didapuknya sebagai aparatur pemerintah daerah. Jhon mengawali karirnya sebagai ASN di Pemerintahan kabupaten Asahan. 
Birokrat yang lahir di Tapanuli Selatan, dan dibesarkan di kota Medan ini, mengawali karirnya sebagai ASN di kabupaten Asahan. 

Gatra.com mencatat sedikitnya ada 20 jabatan pernah didapuknya. Bukan tanggung-tanggung, jabatan terakhirnya sebekum dilantik sebagai Sekdakab Asahan oleh Buoati Asahan Surya, Jhon sempat dihunjuk oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menjadi Penjabat Bupati Asahan, hingga 18 Februari 2021. 

Jhon Hardy lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Tahun 1984. Kemudian lulus Sarjana Strata I dari STIA-LAN – RI Jakarta tahun 1995, dan Sarjana Magister (S2) di perolehnya dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI) Jakarta, Tahun 2007. 

Selain pendidikan formil ini, Jhon Hardy menempuh segudang pendidikan dan kursus kedinasan.  Tercatat ada 13 pendidikan dan kursus kedinasan yang pernah diikutinya. Terakhir, birokrat yang satu ini pernah mengikuti diklat pendidikan dasar Ilmu intelijen di Badan Intelijen Negara (BIN), di Jakarta  tahun 2013. 

Jhon berasal dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya hanya seorang pedagang  ayam  di kota Medan. Selain profil formal pendidikan dan karirnya sebgaai ASN, ternyata Jhon  juga memiliki kisi-kisi kehidupan yang menarik. “Saya dan adik-adik harus banting tulang agar bisa tetap bersekolah,” ungkapnya. 

Kisah yang  dituturkannya  itu kepada Gatra.com sempat membuatnya meneteskan air mata.  Jhon tidak sedih karena kerasnya kehidupan. Tapi dia terharu mengenang  bagaimana masa-masa manisnya kenangan  dia dan seorang adik laki-lakinya yang kini telah tiada itu — terpaksa harus bergelut sejak pukul 4 pagi untuk menjajakan ayam ke sejumlah pasar tradisional di kota Medan.

Dia mengkisahkan, pekerjaan ini terpaksa harus mereka lakukan hampir selama 5 tahun, ditengah saat dia dan adik-adiknya  butuh biaya pendidikan. “Ayah saya jatuh sakit saat itu. Kami harus bangun dini hari, jam 4 pagi karena harus sudah bergerak ke pasar-pasar  untuk  menjual ayam,” katanya.

Dia dan adiknya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga, agar dia dan adik-adiknya bisa tetap melanjutkan pendidikan. Tapi, ujar Jhon, berkat kesungguhan dan keuletan itu, perjuangan ini menghasilkan kisah akhir yang happy ending. “Alhamdulillah, saya dan adik-adik bisa menyelesaikan pendidikan hingga sarjana,” ungkap Jhon. 

[ad_2]

Sumber Berita

Exit mobile version