[ad_1]
JAKARTA – Perkembangan teknologi informasi dan pandemi covid-19 juga memaksa dunia dan Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan dukungan teknologi internet. Perubahan ini menghasilkan lonjakan jumlah pengguna sekaligus meningkatkan risiko keamanan digital. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan digital termasuk dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat seperti fintech, kesenian, dan lainnya.
I Wayan Wahyu Diantara, Penyuluh Informasi Publik, mengatakan masyarakat sebaiknya paham etika menggunakan media digital. Kebijaksanaan dalam menelaah informasi memainkan peranan penting dalam penggunaan media digital. Begitu juga pemahaman nilai konten yang positif dan negatif.
“Kita harus menyadari bahwa jejak digital tidak bisa benar-benar dihapus. Jadi begitu kita unggah, selamanya postingan tersebut akan tertinggal di dunia digital,” kata I Wayan Wahyu dalam dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi bekerjasama dengan Siberkreasi pada Sabtu 29 Mei 2021.
Wahyu juga mengatakan masyarakat perlu menyaring informasi dan jangan cepat dan mudah percaya kecuali dari sumber terpercaya. Langkah yang tepat di ruang digital adalah kita harus berpikir dulu yang matang sebelum mengunggah konten ke dalam media sosial (medsos). “Kita pahami juga tentang kebenaran, kita berpikir dulu apakah informasi itu memang benar. Perbanyak lah postingan positif yang berguna buat orang lain, bukan konten negatif,” imbuhnya.
I Wayan menyakini bahwa bila penggunaan media digital yang beretika dan penuh kebijaksanaan akan memberikan manfaat.
I Gede Arum Gunawan, Analis Kesenian dan Budaya Daerah mengatakan internet atau digitalisasi bisa memberikan dampak positif untuk industri kesenian Indonesia jika dikelola dengan baik. “Selama pandemi, pagelaran seni beralih virtual. Media sosial pun jadi alat bagi seniman untuk mengekspresikan karya seninya sehingga memberikan ruang pertunjukan yang lebih luas dan menjangkau orang lebih banyak,” ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa banyak kemudahan yang bisa dimanfaatkan atas keberadaan media sosial.
“Semisal karya seni unik, karya seni yang sedang digemari, seni yang bersifat langka dan tampilkan teknik pertunjukan yang tentu berbeda langsung dengan yang virtual. Banyak manfaat lebih dari penggunaan media digital bagi kesenian termasuk kelebihan akan penampilan seni yang lebih sempurna karena kita bisa mengambil ulang,” lanjutnya.
Tantangannya bagaimana memanfaatkan dengan baik media media ini untuk melakukan perekaman, pertunjukkan. Ia juga menyarankan perlu adanya manajemen publikasi dan jejaring komunitas untuk menyebarkan gelaran acara lebih masif ke ruang digital.
Dalam Webinar ini juga dibicarakan bidang Fintech yang saat ini tengah ramai diperbincangkan dengan menjamurnya bisnis fintech illegal yang malahan mencekik leher masyarakat ketimbang membantu kesulitan masyarakat.
Anggie Arinngsih, CEO TunaiKita mengungkapkan perlu juga adanya kehati-hatian memilah mana fintech yang legal dan illegal agar konsumen tidak terperangkap.
“Fintech Lending illegal biasanya tidak memiliki ijin resmi, tidak ada identitas pengurus dan alamat kantor yang jelas, bunga atau biaya pinjaman dan denda jelas dan tidak terbatas, memiliki akses keseluruhan data yang ada di telepon genggam dan adanya ancaman teror kekerasan, penghinaan, penyebaran data pribadi,” ujar Anggie.
“Hati-hati meng-klik, terlebih dahulu persyaratan, jika ada kata-kata mengakses ponsel Anda, jangan. Karena fintech hanya diperbolehkan mengakses beberapa saja. Jika penagihan dilakukan dengan kekerasan itu pasti illegal,” jelas Anggie.
Anggie juga berharap masyarakat yang merasa terbantu dengan mendapat kemudahan di fintech yang legal bisa share di medsos, agar orang lain juga teredukasi bahwa masih banyak fintech yang legal yang benar-benar membantu.
Webinar ini juga digelar dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyusun peta jalan literasi digital 2021 – 2024 yang menggunakan sejumlah referensi global dan nasional.
Dalam peta jalan ini dirumuskan empat area kompetensi literasi digital, yaitu digital skills, digital safety, digital ethics dan digital culture.
Ada empat pokok bahasan yang menjadi bahan diskusi webinar kali ini, di antaranya memahani pinjaman online yang aman dan legal, tantangan dan strategi meningkatkan toleransi masyarakat di dunia digital, e-wallet: menjajaki fitur dan sistem aplikasi dompet digital.
Hadir sebagai pembicara dalam Webinar yang diikuti oleh sekitar 150 peserta secara virtual ini adalah Anggie Ariningsih, CEO Tunai Kita, Edwina Tirta, Vice President Gotix Business, I Gede Arum Gunawan, Analisis Kesenina dan Budaya Daerah serta I Wayan Wahyu Diantara, Penyuluh Informasi Publik serta Sondang Pratama seorang pekerja seni dan penggiat Medsos.****
[ad_2]
Sumber Berita