[ad_1]
Tangerang, Gatra.com – Kejuaraan Nasional Drift Series yang digelar di Venue Indonesia Drift Series di kawasan Lippo Village Karawaci, memunculkan bintang baru; Stephano Requelo Toton Naibaho.
Dibilang bintang baru lantaran meski tergolong masih seumur jagung memulai debutnya di dunia drifting, namun sudah mampu menjadi runner up nasional seri 1 di kelas Rookie. Umurnya juga masih sangat muda; 18 tahun.
Tadi siang, mahasiswa semester dua Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini mengkandaskan satu persatu drifter dengan total 23 peserta dari berbagai provinsi itu, di babak penyisihan hingga perempat final.
Dan hasilnya, bontot dua bersaudara yang mengusung club 55 Racing dengan tunggangan Nissan Cefiro keluaran 1991 ini akhirnya harus puas di urutan kedua setelah kalah waktu dengan Carlos Max dari Tim J99.
Juara ketiga ditempati Nauval Rafi dari NRB Motosport dan juara keempat, Rendy Hafrizi dari Reflo Drifting.
“Ini baru seri 1 dengan dua kelas; profesional dan rookie. Lantaran masih seri 1, artinya masih ada poin-poin di seri berikutnya yang bisa saya kumpulkan untuk menjadi juara. Target saya ya juara,” cerita Stephano kepada Gatra.com, usai menerima piala dan hadiah lainnya.
Lebih jauh lelaki yang selalu tampil sederhana ini cerita bahwa untuk persiapan di kejuaraan nasional itu, boleh dibilang biasa saja. Pemahaman medan dilakukan sehari sebelumnya dan persiapan mobil tiga hari sebelumnya.
“Sebetulnya ini kali pertama saya ikut kejuaraan dan langsung di kejuaraan nasional. Sebelumnya hanya ikut club event dan itu juga cuma juara harapan,” Stephano tertawa.
Bermula dari hobi menonton drifting sejak 2017 lalu, Stephano pun mulai menunjukkan keseriusannya untuk mengasah kemampuan di dunia ‘mengepot’ itu.
Sayang, ayahnya Rudolf Naibaho menolak, tak terkecuali ibundanya, Septiana Madona. Ditolak begitu, Stephano justru makin menunjukkan keseriusannya. Dia mulai rutin berlatih sejak tahun lalu.
“Lama kelamaan papa mau mensupport, papa kemudian mencoba membujuk mama dan akhirnya keduanya memberi dukungan,” ujarnya.
Restu tadi benar-benar dimanfaatkan oleh Stephano untuk membuktikan kalau dia tidak main-main dengan hobi yang sudah tumbuh sejak kecil itu.
“Di tempat latihan, saya bergaul dan berlatih dengan senior-senior. Saya minta diajari full. Artinya, jangan ada yang ditahan-tahan saat melatih saya, biar saya lebih cepat tahu dimana kekurangan saya. Alhasil, sudah tiga juga mobil bonyok selama latihan,” katanya.
Kini, si ‘bintang baru’ mulai menapak langkah menuju dunia drifting yang sebenarnya. “Dunia drifting ini memang hobi, terukur, lantaran kita main di tempat khusus, bukan di jalanan. Lalu di dunia drifting ini juga kita bisa membangun koneksi yang luas. Sabar, serius berlatih dan enggak cepat puas, menjadi modal utama saya,” ujarnya.
[ad_2]
Sumber Berita