[ad_1]
INFO NASIONAL – Pengembangan wirausaha di masa pandemi diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui tiga kategori wirausaha, ketahanan pangan, kesehatan berbasis komunitas dan solusi edukasi, para usahawan muda diharapkan dapat mengembangkan inovasi berbasis kelestarian ekosistem hutan dan laut di Indonesia.
Yayasan EcoNusa melalui program Econovation 2021 mendorong para wirausahawan muda, khususnya di area rural, menjadi pengusaha solutif dalam menghadapi new normal. Program ini ditujukan bagi generasi muda yang memiliki ide, solusi dan inovasi yang kreatif serta aktif dalam membantu di era kenormalan baru.
Yayasan EcoNusa bersama Tempo menyelenggarakan diskusi online dengan tema “Menjadi Pengusaha Solutif di Era New Normal”, Kamis, 29 April 2021. Diskusi menghadirkan Bustar Maitar (CEO Yayasan EcoNusa) dan para juri Econovation 2021, yakni Reyza Ramadhan (Programme Officer FAO Indonesia & Co-Founder of Parti Gastronomi), Riri Muktamar (Founder RM.Synergy & CEO of TulusCompany) dan Dr. dr. I.G.N Darmaputra (Dewan Pembina HIPMI Bali dan Ketua Industri Kesehatan BPP HIPMI, Founder of @dniskincentre).
Bustar Maitar mengatakan program Econovation 2021 sebagai respon pandemi akibat Covid-19. “Program ini salah satu yang sangat spesifik untuk merespon pandemi. Ketika Covid-19 melanda pada tahun lalu kita semua kebingungan bagaimana merespon, khususnya pada awal pandemi,” ujarnya.
Menurut Bustar, Econovation 2021 adalah program untuk menantang anak-anak muda untuk come up dengan solusi-solusi aktif yang bisa membantu kita dalam konteks new normal. “Saya yakin dengan populasi anak muda yang ada di Indonesia, yang pintar dan cerdas dapat memikirkan, mengeluarkan atau mengembangkan (inovasi) yang sudah ada tapi belum mendapat support yang cukup,” jelasnya.
Dia menambahkan tiga kategori dalam program ini, ketahanan pangan, kesehatan dan solusi pendidikan adalah fundamental dan perlu untuk dipertahankan di situasi seperti saat ini. “Kami tahu semua bahwa pangan, kesehatan dan pendidikan adalah hal-hal yang sangat basic dalam kehidupan sosial. Ketiga hal ini adalah yang fundamental dan harus ada ketika situasi seperti ini terjadi,” ujar Bustar.
Selain perekonomian, pendidikan menjadi sektor terdampak Covid-19. Kegiatan belajar mengajar yang semula berlangsung tatap muka beralih menjadi dalam jaringan (daring). Di kawasan rural kegiatan belajar online menjadi problem karena keterbatasan jaringan teknologi.
Riri Muktamar mengatakan keterbatasan akses internet di beberapa wilayah perlu diimbangi dengan penerapan aturan belajar tatap muka khusus.
Menurut Riri, kegiatan belajar tatap muka khusus bisa diselenggarakan di area-area terbuka. “Artinya ketika akses internet tidak sesuai harapan, satu-satunya cara adalah guru harus bertemu dengan muridnya,” ujarnya. Riri mengatakan, daerah dengan angka kasus Covid-19 minim bisa mengkombinasikan kegiatan belajar di ruang terbuka atau publik untuk mengatasi kendala akses internet.
Pandemi Covid-19 juga “menghantam” sektor kesehatan. Selain minimnya pasokan perlengkapan medis, sektor ini membutuhkan solusi penanganan dan pencegahan bagi pasien hingga masyarakat. Tak hanya itu, minimnya pengetahuan, keterampilan dan tenaga kesehatan profesional yang dapat menjangkau masyarakat pedalaman menjadi kendala dalam mengatasi pandemi.
Dr. dr. I.G.N Darmaputra, mengatakan akses digital menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan sektor kesehatan. Akses telekomunikasi yang mudah dan murah menjadi tuntutan yang harus diselesaikan agar menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Tak hanya perubahan dalam hal pendidikan dan kesehatan saja, sektor ketahanan pangan pun juga perlu diperbaiki dan semakin dikembangkan. Menurut Reyza Ramadhan, terdapat lima aspek menurutnya yang perlu diperhatikan bagi pelaku usaha di bidang ketahanan pangan.
“Pertama ingat petani, ingat kaum perempuan, ingat anak muda, digitalisasi dan ingat pasar,” ujarnya.
Menurut dia, ingat petani adalah mengingat mayoritas petani tidak punya lahan. “Untuk para pelaku usaha di bidang pangan, perlu perhatikan secara menyeluruh bahwa di Indonesia, para petani dan nelayan, banyak yang smallholders. Jadi itu harus dirangkul.
Kedepannya tingkat produksi pangan bisa meningkat lewat keikutsertaan perempuan. Di samping itu, di Indonesia regenerasi petani juga menjadi sangat penting,” kata dia.
Reyza menambahkan pentingnya ingat digitalisasi. “Digitalisasi bisa attract orang lebih banyak ke pertanian, perkebunan, perikanan, atau pangan. Perlu pula ingat market, untuk melihat bahwa tren pasar tidak hanya melihat makanan atau pangan menjadi sesuatu yang take it for granted,” ujarnya.
Untuk menciptakan dan menghadirkan wirausahawan muda yang dapat menjadi solusi bagi ketiga pilar fundamental Econovation 2021, para juri berharap inovasi dari peserta.
Reyza Ramadhan, menuturkan terdapat tiga aspek yang menjadi penilaiannya dan harapannya untuk hadir di Econovation 2021. “Pertama, be creative, seperti bikin solusi untuk pengadaan pupuk yang berkesinambungan atau bagaimana mengecek kesehatan tanah atau tanaman. Atau memberikan penyuluhan melalui digital. Kedua, inklusif, ingat bahwa banyak sekali yang mencari penghidupan di sektor pangan. Tidak hanya bisa melihat market dan petani saja. Ketiga, sustainable. Pendekatannya harus pentahelix,” ujarnya.
Sementara untuk solusi edukasi, Riri Muktamar menjelaskan kriteria bagi para peserta yang mendaftar untuk memperhatikan aspek kecepatan mengaplikasian inovasinya. Karena kita berkejaran dengan dengan waktu, jadi sesuatu yang sifatnya bisa memberikan solusi jangka pendek dan dilanjutkan dengan solusi angka menengah dan memiliki kesempatan untuk bisa secara sederhana diduplikasi ditempat-tempat lain. Itu akan menjadi salah satu komponen yang utama,” kata dia.
Adapun Dr. dr. I.G.N Darmaputra mengatakan tiga aspek yang menjadi penilaiannya dalam Econovation 2021 ini yakni aspek edukasi, tenaga kesehatan dan distribusi, “Pertama, bagaimana cara menyebarkan edukasi yang benar untuk COVID-19 maupun hal-hal kesehatan lain. Kedua, bagaimana inovasi yang bisa menggantikan atau metode untuk mendistribusikan tenaga kesehatan atau cara-cara lain yang berkaitan dengan tenaga kesehatan. Ketiga, dalam hal distribusi seperti obat dan alat kesehatan,” ujarnya.
Inovasi dengan ide yang cemerlang dan bisa menjadi solusi dibutuhkan pada masa pandemi. “The countries need the young people to innovate now. Artinya, inovasi ini dibutuhkan sekarang. Dengan situasi sekarang, kami berharap akan lebih banyak lagi anak-anak muda dengan inovasi yang cerdas, inovasi yang cemerlang,” kata Bustar.
Menurut dia, banyak pihak yang akan membantu untuk mengembangkan ide-ide. “Tidak perlu memikirkan modal dari mana. Saya berharap Econovation bisa menjadi platfrom yang bagus untuk anak-anak muda mencari ide-ide solutif kedepannya,” tuturnya.
Wirausahawan muda usia 18-35 tahun dengan inovasi yang solutif dapat mendaftarkan inovasinya di Econovation, hingga 31 Mei 2021. Kunjungi www.econusa.id/econovation untuk info lengkapnya. Mari membangun kembali dengan lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik!(*)
[ad_2]
Sumber Berita