[ad_1]
Mengidap penyakit yang tidak bisa sembuh menjadi permasalahan pelik. Penderitanya memerlukan biaya pengobatannya sangat besar, sehingga membutuhkan sumber pendanaan yang tak terbatas. Kondisi tersebut dialami Theo Ivan Widianto (24) yang mengidap Thalasemia.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang terjadi karena mutasi pada DNA, tergolong sebagai penyakit keturunan, yaitu mutasi genetik yang diwariskan dalam keluarga. Seseorang bias mengidap Thalasemia jika salah satu atau kedua orangtuanya mengidap penyakit ini.Ras dan etnis tertentu turut memperbesar risiko. Thalasemia ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Theo diketahui menderita Thalasemia saat berusia dua tahun, setelah mengalami demam terus menerus.Pada pemeriksaan awal, dokter mendiagnosa sebagai anemia, tetapi setelah dilakukan transfuse darah, panas dan demam Theo tak kunjung mereda. “Dari situ kemudian dilakukan cek darah lengkap.Baru ketahuan bahwa saya menderita Thalasemia.Sejak itulah orang tua terus melakukan berbagai cara untuk kesembuhan saya,” ujar Theo.
Informasi yang diperoleh keluarga Theo saat itu, penyakit ini terjadi akibat kelainan pada faktor genetika, tetapi penyebab pasti mutasi gen ini bisa terjadi belum diketahui. Pada awalnya orang tuanya mengobati Theo di Rumah Sakit (RS) swasta dengan biaya yang tidak sedikit. “Bahkan untuk biaya, orang tua saya menjual asset dan barang-barang yang dimiliki keluarga karena pengobatan Thalasemia cukup mahal,” katanya.
Dokter akhirnya menyarankan untuk membawa Theo ke RS Dr.Soetomo Surabaya dan mendapat perawatan rutin. Kendati biaya pengobatan relatif murah ketimbang rumah sakit swasta, tetap saja membutuhkan dana besar. “Baru sekitar tahun 2014 atau 2015, dokter yang merawat saya di RS Soetomo menyarankan untuk mendaftar sebagai peserta program JKN – KIS dari pemerintah agar pengobatannya dapat dijamin penuh, karena penyakit ini akan bersama saya terus sepanjang hidup,” kata Theo.
Sejak itu, orangtua Theo lebih tenang karena seluruh biaya pengobatan dan perawatan ditanggung BPJS Kesehatan. Saat ini Theo terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari Pemerintah Kota Surabaya. “Ya,ibaratnya, hidup saya tergantung pada BPJS Kesehatan, karena penderita Thalasemia harus berobat seumur hidup.Sejauh ini pelayanan yang saya terima baik-baik saja, tidak ada diskriminasi sama sekali dan tidak dipersulit,” ujar Theo.
Theo merasa sangat terbantu dengan program JKN – KIS dari pemerintah, karena meringankan pengeluaran untuk berobat. Biaya berobat menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 juta per bulan untuk perawatan dan Rp 6 juta per bulan untuk membeli obat. Sebelum ini,Theo melakuan rawat jalan tiga kali dalam sebulan. “Jadi bias dibayangkan kalau tidakada program JKN – KIS yang menjamin biaya pengobatan, tentu saya tidak dapat bertahan lebih lama. Kami mungkin telah kehabisan biaya untukberobat. Terimakasih JKN – KIS!,” kata Theo.
[ad_2]
Sumber Berita