[ad_1]
Ketua Koperasi Garam Rembang, Dias Eko Erry Akhmadi, menyebut saat ini, stok garam rakyat di gudang garam Rembang masih menumpuk.
Hal itu disebabkan pada tahun 2020 lalu, tidak ada penyerapan garam oleh perusahaan pengimpor di wilayah Rembang dan Pati. “Tentu saja kami menolak rencana pemerintah terkait impor 3 juta ton garam tahun 2021 ini,” ungkapnya, Jumat (19/3).
Dias memgatakan, kalaupun terpaksa harus mengimpor pihaknya meminta agar pemerintah dapat memilih daftar perusahaan yang benar-benar membutuhkan garam impor tersebut. “Sehingga kuota impor garam dapat ditentukan jumlahnya dan tidak mengakibatkan rembesnya harga garam konsumsi,” jelasnya..
Dias mengakui jika harga garam saat ini mengalami kenaikan. Dari semula Rp 300 menjadi Rp 500 per kilogram.
“Harga tersebut belum termasuk ongkos angkut. Akan tetapi, akhir-akhir ini permintaan konsumen garam grosok mulai sepi, apa mungkin mereka masih menunggu garam impor datang,” ucapnya.
Sementara itu, Petani garam asal Desa Mojowarno, Kecamatan Kaliori, Wahyu Fariani tidak sepakat dengan rencana impor tersebut. Menurutnya kebijakan tersebut dapat menzolimi petani garam lokal.
“Saat ini petani tambak garam di Rembang merugi, karena tingkat perekonomian menurun dan pendapatan petani serta pemasok berkurang,” tandasnya.
Reporter: M Nanda
Editor: Rohmat Haryadi
[ad_2]
Sumber Berita