#  

Sudhamek AWS Bersaksi di FGBMFI – MAJALAH EKSEKUTIF

[ad_1]

EKSEKUTIF.com — Usai meluncurkan buku Mindfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati.  Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) ini langsung “bersaksi” di Full Gospel Business Men’s Fellowship International.

FGBMFI ini adalah sebuah perkumpulan para pengusaha dan profesional yang percaya bahwa Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai dengan Wahyu adalah Firman Tuhan yang hidup.

“Semua agama mengajarkan kejujuran, kebaikan, kasih. Pentingnya berbagi. Sehari-hari praktekan saja, termasuk dalam bekerja,” ujar pria yang menggelorakan bisnis dengan hati, 2 Desember 2020 yang lalu.

“Doa adalah cara kita berkomunikas dengan sang pencipta. Tahun depan, demikian banyak permintaan sharing semacam ini,” papar seorang Buddhis yang punya nama lengkap  Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto.

Sudhamek AWS, yang merupakan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) periode 2017-2022 Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk menyampaikan mengenai pentingnya menjaga keseimbangan sisi spiritualitas dalam pengelolaan bisnis atau organisasi.

“Pada prinsipnya praktik bisnis maupun nonbisnis dengan berbasis kebersadaran agung (mindfulness) adalah bahwa berbisnis, atau berorganisasi, juga menjalankan suatu profesi, bukanlah semata-mata demi menggapai profit atau keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya, tetapi lebih dari itu, yakni demi menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi kepentingan bersama,” tuturnya

Sudhamek menambahkan sejatinya bisnis pun berdimensi vertikal karena apa yang diupayakan, pada saatnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Mahakuasa.

“Itulah mengapa saya memberi imbuhan ‘agung’ dalam istilah mindfulness, karena ada dimensi kebersadaran transendental pada Sang Mahaagung,” ujarnya tentang gagasan mindfulness-based business.

Orang kaya yang kini menjadi pejabat Negara ini menyebut “kerja itu ibadah” (atau lengkapnya The duty is God, that work is worship). Bisnis dan spiritualitas ternyata sangat bisa berjalan beriringan.

Pria kelahiran Rembang, 20 Maret 1956 itu menuturkan, konsep berbisnis dengan hati tak berlaku untuk kalangan pebisnis saja, tetapi juga bisa diterapkan mereka yang menjalani profesi.

Dalam obrolan di FGBMFI itu, Sudhamek menjawab banyak hal. Tentang nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, non-sektarian dan universalisme itu kalau diperas lagi ujung-ujungnya akan menjadi “the sense of oneness”.

Termasuk bagaimana menghadapi pemerasan dari pejabat, dalam bungkus yang dinamakan kickback.

“Harus diakui,  pengusaha ada juga yang diperas pejabat. Memberikan apa yang diminta, karena kalau tidak, ijinnya tidak keluar,”  ujar pengusaha urutan 42  terkaya di Indonesia, beken dengan merek  Kacang Garuda itu.

“Inilah yang oleh pak Jokowi, ingin diberantas oleh pak Jokowi dengan Omni buzlaw, dengan UU ciptaker ini,” demikian putra bungsu dari 11 bersaudara, dari pasangan Darmo Putro dan Poesponingroem itu panjang lebar.

“Pesannya dalam hidup ini, jangan pernah menyerah. Sukses itu lahir dari ketekunan, ulet. Perlu berjuang,” ujar Sudhamek panjang lebar tentang ajaran agama yang universal.

Lengkapnya bisa disimak di majalah MATRA edisi Desember 2020.

baca edisi cetak majalah eksekutif: klik ini

 

 

 

 

 



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *