[ad_1]
TEMPO.CO, Jakarta – Setelah berkuasa selama lebih dari 30 tahun, Soeharto akhirnya menyatakan mundur dari tampuk kepresidenan setelah didesak oleh gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa kala itu. Demonstrasi besar-besaran yang di sejumlah kota di Indonesia turut berkontribusi mengantarkan Indonesia pada era reformasi.
Berikut ini kronologi dan peristiwa yang menyertai lengsernya Soeharto sebagai presiden, dilansir dari Antara.
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR pada 5 Mei 1998, untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban Soeharto yang disampaikan saat menyerahkan agenda reformasi nasional pada Sidang Umum MPR. Rombongan mahasiswa tersebut diterima Fraksi ABRI. Pada 11 Maret 1998, Soeharto bersama BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Empat hari setelah disumpah, 14 Maret 1998 Soeharto mengumumkan Kabinet Pembangunan VII sebagai kabinet barunya.
Pada April 1998, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, melakukan unjuk rasa untuk menuntut reformasi politik. Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes unjuk rasa dan kembali ke kampus, peringatan Soeharto itu di sampaikan pada 15 April 1998. Tiga hari setelah ultimatum dari Soeharto, 18 April 1998, Menteri Pertahanan dan Keamanan yang sekaligus Panglima ABRI Jenderal Purn. Wiranto bersama 14 menteri jajaran Kabinet Pembangunan VII kemudian mengundang mahasiswa dan melakukan dialog di Pekan Raya Jakarta. Banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak untuk sepakat terhadap hasil dialog tersebut.
Pada 1 Mei 1998, melalui Menteri Dalam Negeri Hartono, dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan, Soeharto menyatakan bahwa reformasi baru dapat dimulai pada tahun 2003. Sehari kemudian, 2 Mei 1998, pernyataan Soeharto tersebut diralat dan kemudian Soeharto membuat pernyataan bahwa reformasi bisa dilakukan pada tahun 1998.
Krisis moneter masih membayangi Indonesia, harga bahan bakar minyak atau BBM melonjak pada 2 Mei 1998, kenaikan BBM tersebut memicu mahasiswa di Medan, Bandung, serta Yogyakarta melakukan demonstrasi besar-besaran pada 4 Mei 1998, yang berujung kerusuhan saat massa bentrok dengan petugas keamanan. Sebanyak 16 mahasiswa dari Universitas Pasundan, Bandung, mengalami luka-luka akibat bentrok dengan aparat keamanan. Demonstrasi masih berlanjut di hari berikutnya, 5 Mei 1998 di Medan, dengan jumlah massa mahasiswa yang lebih besar, demonstrasi tersebut juga berujung kerusuhan.
Tragedi Trisakti, pada 12 Maret 1998 menjadi kenangan pahit tersendiri bagi lahirnya reformasi, demonstrasi yang awalnya berjalan kondusif berubah jadi peristiwa berdarah dengan tewasnya 4 mahasiswa Trisakti. Aparat menembaki massa yang menuntut reformasi secara membabi buta, hingga saat ini kasus pertanggungjawaban tewasnya 4 mahasiswa tersebut belum tuntas.
Pada 19 Mei 1998, Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam, di antaranya Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid atau Gus Dur, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Pertemuan tersebut berlangsung selama 2.5 jam, yang semula direncanakan hanya 30 menit, para tokoh membeberkan situasi yang terjadi di mana elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden.
Soeharto menolak permintaan rakyat Indonesia tersebut dan mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Soeharto menegaskan bahwa dirinya tidak mau dipilih lagi menjadi Presiden, namun pernyataan Soeharto tersebut tidak dapat meredam aksi massa. Bahkan mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk melakukan unjuk rasa semakin banyak. Di tanggal yang sama, Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional
Pada 20 Mei 1998, Jalur menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade oleh petugas menggunakan pagar kawat berduri. Hal ini dilakukan untuk mencegah massa masuk ke kompleks Monumen Nasional. Namun pengerahan massa tersebut batal dilakukan sebab pada dini harinya Amien Rais meminta massa untuk mengurungkan agenda karena khawatir kegiatan tersebut akan menelan korban jiwa. Ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak yang berdatangan ke gedung MPR/DPR untuk mendesak Soeharto mundur dari jabatan Presiden.
Pada Kamis, 21 Mei 1998 peristiwa tragedi Trisakti, menjadi salah satu pemicu lahirnya reformasi terjadi dan sekaligus runtuhnya era Orde Baru yang bertahan selama 32 tahun, Soeharto mengumumkan mengundurkan diri dari tampuk kepresidenan di Istana Merdeka pukul 09.05, dan digantikan oleh BJ. Habibie yang disumpah menjadi Presiden RI ketiga setelah Soekarno dan Soeharto.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: 23 Tahun Reformasi: Kronologi Tragedi Trisakti
[ad_2]
Sumber Berita