[ad_1]
TEMPO.CO, Jakarta – Anggota Komisi Kesehatan DPR, Yahya Zaini, mengingatkan agar tidak terjadi komersialisasi vaksin terkait penetapan harga untuk program vaksinasi melalui vaksin Gotong Royong.
“Saya mengharap dan mengimbau, jangan ada komersialisasi vaksin Gotong Royong. Saya kira perlu digarisbawahi,” kata Yahya dalam rapat bersama Bio Farma dan Komnas KIPI, Kamis, 20 Mei 2021.
Yahya berujar korporasi menengah dan kecil mulai mengeluhkan mahalnya harga untuk vaksin program Gotong Royong. Bahkan, kata Yahya, dari informasi yang diterimanya ada perusahaan yang memungut biaya pembelian vaksin terhadap karyawan. “Padahal tujuannya menggratiskan ke pekerja. Tapi dalam praktiknya ada yang memungut ke pekerjanya,” ujar dia.
Yahya pun meminta Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir untuk menjelaskan struktur harga vaksin Gotong Royong tersebut. Ia menyebutkan, jika membaca struktur harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 321.660 per dosis, maka harga vaksin Gotong Royong dua kali lipat dari harga vaksin Sinovac.
Apalagi, kata Yahya, dalam struktur harga vaksin Gotong Royong ada keuntungan 20 persen, juga biaya penyuntikan sebesar Rp 117.910. Jika penyuntikan sebanyak dua kali, artinya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 879.140 per orang.
“Jangan sampai ada kongkalikong dalam penetapan harga vaksin Gotong Royong karena terlalu mahal. Di tengah perusahaan sekarang sengsara. Banyak yang gulung tikar, PHK pekerja, bahkan tidak bisa beroperasi lagi,” katanya.
FRISKI RIANA
Baca Juga: Vaksin Gotong Royong Rp 879.140, Kadin: Tak Boleh Potong Gaji Karyawan
[ad_2]
Sumber Berita