[ad_1]
JAKARTA,– Literasi digital sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Tak sedikit juga yang beranggapan bahwa penguasaan teknologi yang mumpuni sebagai tolak ukur literasi digital.
Padahal literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Tetapi juga kemampuan menggunakan media dengan penuh tanggung jawab.
Perkembangan teknologi informasi dan pandemi Covid-19 memaksa dunia dan Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan dukungan teknologi internet. Perubahan ini menghasilkan lonjakan jumlah pengguna sekaligus meningkatkan risiko keamanan digital.
Perkembangan teknologi informasi dan lonjakan pengguna media digital ini pun semakin menguatkan kebutuhan perlunya pemahaman terhadap literasi digital.
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar Literasi Digital wilayah Bandung Barat,Jawa Barat I pada Selasa (8/6/2021).
“Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian. Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital,” ujar Presiden Joko Widodo saat membuka program Literasi Digital Nasional.
Salah satu nara sumber yang hadir dalam webinar kali ini adalah Oleg Sancha Bachtiar, seorang Creative and Concept Expert yang memaparkan digital skill tentang tips and trick membuat konten yang menarik bagi milenial.
Berbicara tentang konten menarik, dia pun menyebut hiburan masih menjadi yang teratas terlebib kondisi pandemi di saat orang tidak bisa liburan dan lebih banyak berada di rumah.
“Ada juga video viral, namun di sisi positif seperti kemarin sempat membuat suatu karya yang peduli pada pahlawan, buat aransemen video kapal selam angkatan laut,” kata Oleg.
Jenis konten yang juga banyak disukai adalah meme namun lebih banyak energi negatifnya, tapi sebenarnya bisa dijadikan positif minimal berupa pengetahuan. Ada juga jenis konten inspirasi, motivasi, gambar-gambar indah, kutipan, hingga kisah menyentuh.
“Kesimpulannya saat membuat konten harus berkualitas, isi dan kemasan sesuai market, mudah dibaca, mudah dibagikan, dan ditemukan,” tutur Oleg.
Peran serta milenial dalam mendukung literasi digital di era internet ini sangat besar. Dengan kategori milenial adalah orang yang lagir di sekitar tahun 1980 hingga 1995 yaitu saat transaksi analog beralih ke digital. Literasi digital ini akan memaksimalkan kemampuan orang dalam berbahasa, berbicara, dan berkomunikasi.
“Dari perubahan era digital yang memunculkan profesi baru dan objek baru siap atau tidak siap ini yang sedang terjadi dan akan datang,” tutur Oleg.
Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, kali ini menghadirkan pula nara sumber lainnya seperti Kalis Mardiasih, Aktivis Gender Equality dan Oddie Octaviadi Director of Technology and Digital BCW Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
23 kali dilihat, 23 kali dilihat hari ini
[ad_2]
Sumber Berita