[ad_1]
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto enggan mengonfirmasi kabar yang beredar soal anggaran Rp 1.760 triliun untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Prabowo menyebut, rencana anggaran untuk pengadaan alutsista masih digodok.
“Rencana ini masih kamiĀ godok bersama Bappenas, Kemenkeu, dan pemangku-pemangku kepentingan lainnya,” ujar Prabowo di Kompleks Parlemen, Senayan pada Rabu, 2 Juni 2021.
Berdasarkan draf Perpres yang beredar, Perencanaan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan dan TNI untukĀ Renstra 2020-2044 mencapai USD 124 miliar atau setara dengan Rp 1.760 triliun. Rencana skema pendanaan berasal dari pinjaman luar negeri.
Dalam penjelasannya, angka sebesar Rp 1,7 kuadriliun itu ditujukan untuk beberapa hal. Untuk akuisisi Alpalhankam sebesar USD 79.099.625.314, untuk pembayaran bunga tetap selama 5 Renstra sebesar USD 13.390.000.000, dan untuk dana kontijensi serta pemeliharaan dan perawatan Alpalhankam sebesar USD 32.505.274.686.
Dijelaskan pula Renbut itu telah teralokasi sejumlah USD 20.747.882.720 pada Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah Khusus Tahun 2020-2024. Sedangkan sisanya sebesar USD 104.247.117.280, akan dipenuhi pada Renstra Tahun 2020-2024.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studios (ISESS), Khairul Fahmi menyebut,
jika dibandingkan dengan PDB (produk domestik bruto) Indonesia 2020 sebesar Rp 15.434,2 triliun, dengan asumsi PDB Indonesia setiap tahun di angka yang sama dalam 25 tahun ke depan, rencana alokasi Rp 1,7 kuadriliun dari pinjaman luar negeri itu hanya menempati porsi sebesar 0,45 persen PDB.
“Ditambah dengan alokasi anggaran pertahanan sebesar rata-rata 0,78 persen PDB per tahun, maka anggaran pertahanan akan mencapai 1,23 persen PDB yang mendekati target anggaran pertahanan 1,5 persen PDB per tahun,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Ahad, 30 Mei 2021.
Sementara itu, Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie menilai anggaran Rp 1,7 kuadriliun terlalu besar. Terlebih, ujar Connie, dalam draf Perpres yang beredar, dana itu merupakan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024 dan harus habis di 2024. “Pertanyaan saya, dengan anggaran pertahanan sebesar ini, dalam tiga tahun kita mau beli apa?” kata Connie saat dihubungi Tempo, Sabtu, 29 Mei 2021.
DEWI NURITA | EGI ADYATAMA
[ad_2]
Sumber Berita