#  

Pelaku Usaha Cendol Berbagi Ilmu Sukses Pemanfaatan Marketplace di Literasi Digital

[ad_1]

JAKARTA,- Perkembangan teknologi informasi dan pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia dan Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan teknologi internet. Namun, di balik itu pandemi ikut membuka kesempatan luas untuk melakukan transformasi digital secara besar-besaran.

Presiden Joko Widodo saat membuka webinar Literasi Digital di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, Senin (7/6/2021) mengungkapkan pemerintah menargetkan pada akhir tahun 2022, sebanyak 12.548 desa, kelurahan akan terjangkau sinyal. Percepatan dilakukan 10 tahun lebih maju dari rencana sebelumnya yang selesai pada tahun 2032.

“Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri, ketika jaringan internet tersedia harus diikuti kesiapan penggunanya agar manfaat positif internet dapat dimanfaatkan masyarakat lebih kreatif dan produktif,” tutur Jokowi.

Salah satu nara sumber yang membagikan ilmunya kali ini adalah Danu Sofwan, Founder & Owner of Radja Cendol, Es Teh Indonesia. Danu mengungkap bagaimana perubahan ekosistem usaha UMKM menuju online, di mana terdapat perbedaan antara berbisnis dan berdagang. Bila berdagang hanya memutar mudah dan mendapat keuntungan saja, maka bisnis harus berbicara tentang akselerasi bagaimana sebuah usaha bisa bertumbuh.

Danu yang memulai usaha berjualan cendol di tahun 2014, pad 2020 lalu telah mampu memiliki 800 outlet yang tersebar di seluruh Indoenesia. “Ketika pandemi justru kita tidak berhenti dan menggaet influencer hasilnya dalam 2 tahun kita bisa buka 320 outlet, karena kita memanfaatkan berbagai platform,” ujar Danu.

Pemanfaatan marketplace untuk usaha online UMKM membutuhkan kecakapan dalam memanfaatkan internet. Sebagai pelaku usaha seseorang juga harus bisa melihat secara menyeluruh dan luas peluang yang ada. Namun saat membangun bisnis, tak dapat dipungkiri akan ada jalan terjal dan kemungkinan gagal namun dikatakan Danu hal itu bagian dari proses.

“Bangun terus integritas dan kepercayaan konsumen, namun dari semua itu yang paling awal buat semua orang tahu dulu dan tentukan target market, hingga sistem bisnisnya harus memiliki SOP. Baru bisa bicara buka cabang,” ujarnya lagi.

Lebih lanjut Danu juga membagikan strategi harga coret, di mana pedagang sedikit membuat markup harga sebanyak 30 hingga 40 persen lalu banting harga. Selain itu, jangan menggunakan harga genap, jual angka ganjil seperti angka Rp99.000 atau Rp89.000 bukan genap Rp100.000 yang akhirnya menciptakan psikologi pricing.

Webinar Literasi Digital di Kabupaten Ciamis Jawa Barat I, Senin (7/6) merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Aprida M Sihombing dan Koordinator Layanan Perpustakaan Universitas Indonesia, Kalarensi Naibaho yang ikut memberikan ilmu tentang literasi digital.

 18 kali dilihat,  18 kali dilihat hari ini

[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *