[ad_1]
TEMPO.CO, Jakarta – Bursa persaingan bakal capres 2024 telah mulai memanas. Meski belum resmi dibuka dan belum ada sikap resmi partai politik untuk mengusung nama calon, namun sejumlah tokoh telah mencuat dan mulai berdandan.
Media sosial menjadi salah satu platform mereka untuk unjuk diri. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, bahkan mengatakan penggunaan medsos adalah pendongkrak popularitas paling efektif yang bisa digunakan saat ini.
“Data menunjukkan sudah di atas 73 persen pemilih di Indonesia pakai internet, medsos di atas 60 persen. Mereka yang kemudian pakai medsos dengan baik memang punya kans untuk diketahui publik secara luas, punya peluang untuk publik tahu apa yang mereka kerjakan,” kata Adjie.
Adjie mencontohkan korelasi antara penggunaan medsos yang baik dengan elektabilitas dalam kasus Ganjar Pranowo dengan Puan Maharani di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ganjar yang merupakan sebatas kader partai, memiliki angka elektabilitas jauh lebih dibanding Puan yang merupakan Ketua DPP dan anak dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Padahal, baik Ganjar maupun Puan sama-sama memiliki jabatan publik yang strategis. Ganjar merupakan Gubernur Jawa Tengah, sementara Puan adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Namun Adjie melihat Puan Maharani gagal memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan popularitasnya.
“Tidak terlalu baik komunikasikan apa yang dia kerjakan selama jadi Ketua DPR sehingga publik tidak punya rekaman yang baik terhadap sosok beliau,” kata Adjie.
Beda dengan Ganjar yang sangat aktif bermedia sosial. Tercatat ia aktif di tiga platform sekaligus, yakni Twitter, Instagram, dan belakangan YouTube. Ganjar bahkan aktif di Twitter sejak 2010, jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Sebelum Jadi Ketua DPR, Puan sebenarnya juga telah menjadi pejabat publik pada periode pertama Pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Alhasil, tingkat elektabilitas pun Puan tak terlalu mencolok. Meski belakangan namanya terus digadang-gadang politikus PDIP untuk diusung maju, namun hasil sigi menunjukan popularitasnya tak terlalu menonjol.
Dari hasil survei Parameter Politik Indonesia yang dirilis pada Sabtu, 5 Juni 2021, Puan Maharani hanya memperoleh 1,5 persen dari pertanyaan top of mind calon presiden responden survei. Sedangkan nama Ganjar jauh melejit dengan 13,8 persen. Angka itu menempatkan Ganjar di peringkat kedua di top of mind calon presiden, di bawah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Dari elektabilitas capres 15 nama, nama Ganjar juga tetap bercokol di peringkat 2 dengan 16,5 persen. Ia mengungguli kepala daerah lain yang juga aktif bermedia sosial seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Adapun Puan ada di peringkat 12 dengan elektabilitas hanya 1,7 persen saja. Bahkan nama Puan tersalip oleh kader PDIP lain, yakni Menteri Sosial Tri Rismaharini, yang merupakan eks Wali Kota Surabaya. Ada juga nama Basuki Tjahaja Purnama, eks Gubernur DKI Jakarta, yang juga ada di atas Puan.
[ad_2]
Sumber Berita