[ad_1]
JAKARTA – Perkembangan teknologi informasi dan pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia dan Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan teknologi internet.
Lonjakan pengguna internet pun membawa tantangan yang semakin besar karena itu kecakapan digital harus ditingkatkan agar masyarakat mampu menampilkan konten kreatif yang mendidik, menyejukan dan meyerukan perdamaian.
Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar dengan munculnya konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, hingga radikalisme berbasis digital.
“Masyarakat Indonesia harus meminimalkan konten negatif membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif,” ujar Presiden Joko Widodo saat meluncurkan Program Gerakan Literasi Digital Nasional belum lama ini.
Dalam upaya mengedukasi masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menyelenggarakan kegiatan Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Majalengka pada Kamis (3/6/2021). Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Dendy Muris sebagai salah satu nara sumber pun memberikan wawasan kepada peserta dengan berbagi cara untuk membuat konten yang menarik bagi generasi milenial.
Dendy mengungkapkan, perubahan teknologi turut mengubah masyarakat di mana dulu hanya tersedia media konvensional. Dengan hadirnya internet, media online bertambah, internet dan media sosial pun membuka peluang baru untuk setiap orang menjadi seorang content creator.
Data statistik mengungkapkan, rata-rata setiap orang membutuhkan waktu sekitar 3 jam 14 menit dan di antaranya mereka aktif dalam menggunakan sosial media.
“Untuk menjadi content creator dibutuhkan kemampuan yang cakap dalam menggunakan media digital yaitu konten apa saja yang mesti dan tidak perlu di buat,” ujar Dendy.
Berikut 5 Tips yang diutarakan Dendy Muris agar seorang Content Creator bisa memaksimalkan konten jadi lebih menarik:
1. Kenali dulu dan pikirkan jenis format media yang akan digunakan. Pertama ada teks dan gambar yaitu berupa blog, buku, cerpen, selain itu bisa membuat info grafis dengan unsur gambar, dalam format gambar seperti foto, hingga desain grafis berupa karikatur. Selain itu ada juga audio yang sempat booming seperti membuat Podcast. Lalu ada video yang biasanya disebarluaskan melalui channel YouTube.
2. Penuhi unsur teknis yang membuat content terasa menarik. Misalnya pada video ada unsur sinematic, saat membuat podcast bagaimana unsur suara, lalu untuk format media teks apakah foto memenuhi kaidah fotografi. Lalu buat semua unsur tersebut relevan dengan tren saat ini dan yang kelima sesuatu yang baru tidak pasaran.
3. Seorang content creator harus bisa mengidentifikasi audiens masing-masing. Sebab saat ini pengguna media sudah tersegmentasi, audiens sudah semakin terbagi-bagi, sehingga content creator harus mengenali audiens. “Kita dapat membuat pemetaan identifikasi beberapa aspek misal demografi, jenis kelamin, usia, apakah secara demografi pendapatan, secara geografi ada batasan tidak? Kalau media online tidak ada batasan, asalkan terkoneksi internet, asalkan memiliki aplikasi, selain itu kita bisa identifikasi, dari tipografi misal orang hobi otomotif, kuliner, teknologi, itu akan sangat beranekaragam,” kata Dendy lagi.
4. Sesuaikan konten dengan platform media sosial yang ada, seorang content creator harus tahu perbedaan twitter dan IG, menimbang apakah memerlukan semua platform. “Tapi kita juga mesti diversifikasi konten jadi jangan sampai tidak ada eksklusifitas, jadi jangan sama semua. Misalnya full version bisa dilihat melalui YouTube,” ujar Dendy.
5. Bagaimana kita bisa memenuhi tahapan produksi yang baik. Hal inj biasanya dipenuhi konten creator professional, berupa tahapan pra produksi yaitu persiapan dimulai dari mencari ide hingga mengembangkan konsep membuat script, storyboard. Lalu tahap selanjutnya ada produksi, sampai pasca produksi dengan evaluasinya.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Eko Prasetya, Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, Asep Kambali sebagai Founder Komunitas Historia Indonesia dan banyak lagi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
[ad_2]
Sumber Berita