[ad_1]
Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro menuturkan bahwa alat yang diinovasikan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) disebut sebagai alat pengendus elektronik, di mana nantinya nafas pasien yang akan menjadi sampelnya. Proses nantinya, dilakukan dengan meniup plastik atau balon, untuk menyimpan sampel nafas tersebut.
“Kemudian sampelnya dimasukkan ke sensing unit yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara. Nah di sinilah dengan sensor tersebut menggunakan pendekatan artificial intelligence akan dideteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan spesifik pengidap Covid-19,” kata Bambang dalam peluncuran secara daring, Senin (28/12).
Bambang juga menjelaskan, melalui GeNose nantinya yang akan dideteksi bukan virus covid-19, melainkan partikel-partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda, jika senyawa atau partikel tersebut dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19.
“Jadi ada bedanya antara orang yang positif dan negatif Covid. Maka artificial intelligence yang melakukan upaya analisa dan memberikan hasil skrining nya apakah positif atau negatif,” paparnya.
Dirinya pun menyampaikan bahwa GeNose telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan. Sehingga, mulai saat ini GeNose sudah bisa diproduksi massal dan didistribusikan atau dipakai untuk masyarakat terutama dalam tentunya skrining covid 19 itu sendiri.
“Beberapa GeNose saat ini sudah dipasang di beberapa Rumah Sakit. Mengenai harga, disini disebutkan Rp62.000.000 dan terakhir sensitifitas mencapai 92 persen dengan spesifitas 95 persen dan kapasitas produksi per Februari nanti mencapai 5000 unit. Sudah bisa dipakai dan didistribusikan ke seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Reporter: Ucha Julistian
Editor: Rohmat Haryadi
[ad_2]
Sumber Berita