#  

Banjir Melanda Kabupaten Aceh Utara, Ini 3 Arahan Doni Monardo

[ad_1]

TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memberikan tiga arahan penanganan bencana saat meninjau lokasi terdampak banjir di Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.

Pertama, tindakan jangka pendek. Dalam masa pandemi Covid-19, Doni meminta agar pihak penyelenggara pengungsian warga terdampak banjir dapat memisahkan kelompok rentan dengan yang usia muda. “Memisahkan antara kelompok yang rentan dengan masyarakat yang secara fisik sehat,” ujar Doni dalam keterangan tertulis, Jumat, 11 Desember 2020.

Menurut Doni, kelompok yang masuk dalam kategori rentan tersebut meliputi lansia, kemudian bagi mereka yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil dan menyusui serta anak balita. “Itu wajib dipisahkan tidak boleh disatukan dengan kelompok yang usia muda,” ujarnya.

Dari segi penanganan darurat, kata Doni, BNPB akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mempercepat proses pengerukan sumbatan dan sedimentasi di bagian hilir agar genangan banjir segera surut.

Dari pantauan langsung dari pesawat sebelum mendarat, Doni melihat sendiri bahwa bagian hilir sungai mengalami penyempitan, sehingga hal itu harus segera ditangani dengan mengerahkan sejumlah alat berat.

“Saya melihat adanya pendangkalan muara sungai dan penyempitan. Sehingga kita akan segera menyiapkan backhoe dan kendaraan amphibi,” kata Doni Monardo.

Dalam rangka mendukung upaya penanganan darurat jangka pendek tersebut, Doni Monardo memberikan bantuan berupa kebutuhan logistik dan peralatan berupa 1 unit tenda pengungsi, 5.000 paket swab antigen, 100.000 masker kain, 10.000 masker KF94, 100 lembar matras, 100 lembar selimut.

Kedua adalah jangka menengah. BNPB akan memberikan dukungan dalam rangka pembangunan atau pemulihan kembali infrastruktur bersama Kementerian PUPR, terutama perbaikan tanggul dan bantaran sungai yang rusak dengan konsep ekologi dan konservasi lingkungan.

Menurut Doni, konsep ekologi yang akan diterapkan adalah penguatan tanggul dengan tanaman vetiver atau yang lebih dikenal dengan akar wangi. Akar tanaman vetiver memiliki kekuatan yang setara dengan 1/6 dari kekuatan kawat baja. Akar vetiver tersebut juga dapat tumbuh mencapai lebih dari lima meter ke dalam tanah dan dapat memperkuat tanggul beton.

“Ini akan membantu memperkuat tanggul-tanggul yang selama belasan tahun ini mengalami kerusakan,” katanya.

Ketiga, konsep jangka panjang. Doni mengajak seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk mempertahankan ekosistem yang ada di hulu, khususnya di Kabupaten Bener Meriah. Ke depannya, dia meminta agar tidak ada alih fungsi lahan untuk kepentingan segelintir individu maupun kelompok.

Doni juga memberikan catatan agar dalam upaya pelestarian ekosistem di bagian hulu tersebut agar memperhatikan aspek ekonomis. Artinya, selain memberikan manfaat secara ekologis tetapi juga harus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Doni mengaku akan memberikan rekomendasi beberapa jenis tanaman yang dapat memberikan dua manfaat tersebut, seperti pohon alpukat, petai, sukun dan jenis tanaman lainnya. “Tetapi juga masyarakat tentu harus mandapatkan nilai ekonomis dari kegiatan yang kita lakukan,” kata Doni.

Sebagaimana informasi sebelumnya, banjir dengan tinggi muka air (TMA) 20-200 sentimeter merendam 14 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara. Peristiwa yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi ditambah buruknya daerah aliran sungai itu telah memaksa 19.476 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banjir juga menyebabkan 5 orang meninggal.

FRISKI RIANA



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *