#  

Dampak Ekosistem Digital Tidak Sehat, Masyarakat Rentan Stres dan Kecemasan Meningkat

[ad_1]

JAKARTA,– Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menyelenggarakan webinar Literasi Digital wilayah Kota Ciamis, Jawa Barat I, pada Selasa (8/6/2021). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendorong masyarakat agar menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kecakapan dalam menggunakan internet dan media digital bukan hanya tentang penguasaan teknologinya saja. Namun bagaimana masyarakat mampu menggunakan media digital dengan penuh tanggung jawab.

Masyarakat perlu mengetahui dampak yang bisa ditimbulkan dari sekadar mengunggah atau mengomentari sesuatu di ranah digital seperti beberapa platform social media yang ada dari Facebook, Whats’App, Twitter, YouTube, hingga Instagram.

Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat peluncuran Gerakan Nasional Literasi Digital mengungkapkan saat ini kejahatan di ruang digital semakin mengkhawatirkan. Selain itu ada bentuk kekerasan hingga ujaran kebencian dan radikalisme berbasis digital yang harus diwaspadai.

Di samping dampak negatifnya, namun ada juga dampak positif dari penggunaan media digital seperti untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang harus diimbangi dengan adanya literasi digital yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan media berbasis digital.

“Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga internet menambah nilai ekonomi masyarakat,” kata Presiden Joko Widodo.

Di webinar literasi digital kali ini hadir nara sumber Dila Karinta, Enterprise Consultant at Digital Economy Coorporation yang memberikan pemaparan tentang mengenalkan budaya Indonesia lewat literasi digital.

Diketahui Indonesia merupakan pengguna internet nomor 4 terbesar di dunia dengan jumlah pengguna aktif 170 juta orang di mana sebagian besar mengaksesnya melaui ponsel pintar dan sebanyak 51% digunakan untuk media sosial.

“Itulah kenapa yang diambil kebanyakan literasi digital yang baik perlu diaplikasikan di media sosial,” kata Dila.

Lalu apa keuntungannya jika bisa internetan sehat? Dila mengungkapkan selain menambah wawasan, terhibur, bisa jadi promosi bisnis dan turisme, ruang digital sehat juga bisa membuat seseorang mendapat pekerjaan profesional sehingga bisa membuat seseorang bangga dengan kreativitas dan bahagia.

Namun yang terjadi saat ini justru ekosistem internet yang tidak sehat seperti cyber-bullying, sebar hoax, iklan palsu, provokasi, berita kekerasan, hingga pelecehan sexual online yang meningkat di masa pandemi. Semua itu memberi kecemasan, emosi, amarah yang memunculkan depresi hingga bunuh diri.

Survei WHO selama bulan Juni hingga Agustus 2020 menyebutkan sebanyak 60% orang yang tersebar di 130 negara mengalami permasalahan kesehatan mental. Di Indonesia sendiri usia 30-39 tahun mengalami kecemasan terbanyak yakni sekitar 76% akibat pandemi dan ekosistem digital yang tidak sehat.

“Makanya nih netizen harus membiasakan internetan sehat yang bisa dimulai dengan double check fakta berita, tulis sumber daat mereferensikan sesuatu, membayangkan perasaan pihak yang menerima komentar, dan mengingat danpak dunia maya di dunia nyata, serta harus memastikan pesan yang disampaikan bermanfaat,” ujar Dila lagi.

Webinar Literasi Digital wilayah Ciamis, Jawa Barat I kali ini menghadirkan pula nara sumber lainnya seperti Eko Prasetya, Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia yang berbagi mengenai rekam jejak digital. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

 26 kali dilihat,  26 kali dilihat hari ini

[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *