#  

Hilmar: Kompleksitas Situs Liyangan jadi Pesona Indonesia

[ad_1]

Temanggung, Gatra.com – Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid Setiadi, mengunjungi Situs Liyangan di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kedatangannya di ketinggian Gunung Sindoro ini untuk mengetahui progres restorasi yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir.

Menurut Hilmar, melihat kompleksitas dan keunikannya sangat memungkinkan Liyangan menjadi pesona Indonesia. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus bagi situs peninggalan era Mataram Kuno ini. Untuk menuju ke arah tersebut, diperlukan kerja sama lintas instansi antara kementerian dan pemerintah daerah.

“Ke depan saya optimistis Liyangan bisa menjadi salah satu pesona luar biasa untuk Jawa Tengah dan Indonesia, karena ada banyak hal unik, banyak bagian-bagian di situs ini yang enggak ditemukan di tempat lain. Setahu saya, yang punya jalan lebar [jalan makadam kuno] di ketinggian seperti ini enggak banyak dan enggak ada jangan-jangan [kecuali di Liyangan],” katanya, Kamis (24/12).

Keunikan Liyangan kata Hilmar, membuktikan bahwa leluhur di nusantara ini sudah mengembangkan tekhnologi pengetahuan yang kompleks. Secara matematis, apabila situs ini pembangunannya dimulai pada abad VII sampai X Masehi, berarti lokasi di ketinggian Gunung Sindoro ini selama 300 tahun telah menjadi tempat permukiman.

“Melihat arsitekturnya, melihat kompleksitasnya ini kan dibangun di lereng, jadi menurun begini, itu kan juga tidak mudah. Jadi saya kira ini menunjukkan tingkat peradaban yang kita miliki di masa lalu dan dari situ nilainya sangat-sangat berharga. Saya tidak ragu Liyangan menjadi salah satu situs daya tarik yang penting secara nasional,” katanya.

Ditanya terkait progres ke depan Liyangan, Hilmar menuturkan bahwa Liyangan pada tahun 2021 akan menjadi prioritas utama bagi Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Adapun masalah krusial yang menjadi perhatiannya adalah mengenai lahan.

“Pada saat bersamaan, ini hasil temuan-temuan yang baru perlu kita konsolidasi, karena dari temuan ini banyak petunjuk baru mengenai keluasan situs dan lain-lain. Tahun depan kita juga akan memastikan bahwa Liyangan ini akan menjadi prioritas Dirjen Kebudayaan, khususnya mengenai pengelolaannya,” kata dia.

Hilmar.menyampaikan bahwa fokusnya adalah pada pelestarian, memastikan keamanan situs. Kemudian, bagi personel yang melakukan penelitian dan pengkajian itu juga harus benar-benar mendapat sumber daya yang cukup, baik sumber daya manusia, finansial, dan lain sebagainya.

Kapokja Pemugaran BPCB Jateng, Eri Budianto, mengatakan, selama tahun 2020 pihaknya sudah melaksanakan 3 kegiatan, yakni restorasi talud tepi jalan bolder, ekskavasi halaman 3 dan 4 Situs Liyangan, dan studi teknis petirtaan. Adapun tahun 2021 direncanakan akan dilanjutkan kegiatan restorasi taludnya sepanjang 120 meter.

Eri menjelaskan, keunikan situs Liyangan ini karena ditemukan berbagai macam jenis cagar budaya yang menjadi satu kesatuan. Contohnya dalam satu situs ini ada kompleks permukimannya dengan ditemukannya jejak rumah penduduk, situs peribadatan karena ada tempat ibadah dan bangunan candi, ada yoni, ada petirtaan. Ada jalan bolder langka merupakan satu-satunya di Indonesia, ada temuan arang beras dan sawah kuno, dan lain sebagainya.

“Awal mula ditemukan akibat adanya aktivitas masyarakat di sini yang melakukan penambangan pasir tanpa sengaja menemukan situs ini pertama yang ada yoni-nya, sekitar tahun 2007, akhirnya dilaporkan. Kemudian ditindaklanjuti dan benar-benar full melakukan kegiatan restorasi sejak tahun 2017,” katanya.


Reporter: Raditia Yoni

Editor: Iwan Sutiawan


[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *