[ad_1]
“Tiga permasalahan utama yang dihadapi UMKM. Pertama, permintaan menurun 22,90%, distribusi terhambat 20,01%, dan permodalan 19,93%. UMKM yang mengirimkan pengaduan sebanyak 235.928 per 29 Juni 2020,” katanya dalam acara Gatra Anniversary Charity, Kamis (10/12).
Bahkan, berdasarkan data Kemenkop UKM, sekitar 50% UMKM menutup usahanya akibat pandemi Covid-19 ini. Selain itu, 88% UMKM juga kehabisan dana hingga tidak memiliki kas dan tabungan usaha.
“Selanjutnya lebih dari 60% UMKM mengurangi tenaga kerjanya. 39,94% UMKM mengurangi jam kerja. 37,59% UMKM mengurangi jumlah produksi, bahkan terdapat UMKM yang sama sekali berhenti berproduksi sebanyak 20,12%. Lalu 7,01% UMKM melakukan PHK,” jelasnya.
Ia menyebut, pemerintah tidak berdiam diri dengan adanya kondisi UMKM akibat pandemi ini. Berbagai program telah dijalankan seperti Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro dengan nilai Rp23,38 triliun, subsidi bunga KUR senilai Rp2,2 triliun, hingga program KUR Supermikro dengan nilai Rp4,33 triliun.
“Selanjutnya Pembiayaan Investasi Kepada Koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sebesar Rp1 triliun,” ucapnya.
Nasrun menjelaskan, UMKM yang bisa mendapatkan bantuan melalui koperasi ini adalah UMKM yang sudah menjadi anggota. Artinya, skema penyaluran bantuan melalui koperasi yang sebelumnya terkoneksi dengan LPDB. Pinjaman modal kerja ini juga memiliki bunga maksimal hanya 3%.
“Dalam percepatan pemulihan ekonomi juga pemerintah tidak berdiam diri. Kemenkop UKM saat ini memiliki berbagai program dalam percepatan pemulihan UMKM,” ujar Nasrun.
Pertama, pelibatan UMKM dalam pengadaan barang dan jasa. Sebesar Rp307 triliun total nilai paket dicadangkan untuk UMKM. Kedua, Pasar Digital UMKM (PaDi), barang dan jasa di bawah nilai Rp14 miliar dapat dilaksanakan oleh UMKM. Sebesar Rp35 triliun potensi belanja dari 27 kategori produk UMKM, Rp4,1 triliun di antaranya sudah terealisasi.
“Terakhir ada program belanja di warung tetangga, ini kita dorong. Harapan kita warung-warung tetangga itu bisa bertahan karena mereka tidak mengenal namanya digitalisasi,” katanya.
Reporter: Ryan Puspa Bangsa
Editor: Birny Birdieni
[ad_2]
Sumber Berita