[ad_1]
TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut ada potensi ledakan pemutusan hubungan kerja (PHK) di 2021 akibat resesi ekonomi berkepanjangan imbas pandemi Covid-19. Iqbal memprediksi gelombang PHK pada 2021 akan menimpa sektor manufaktur, baik yang padat karya maupun padat modal.
“Isu pertama Covid-19 menghantui resesi ekonomi. Isu terbesar kedua adalah ledakan PHK,” kata Iqbal dalam keterangannya terkait outlook perburuhan 2021, Senin, 28 Desember 2020.
Iqbal mengatakan gelombang PHK fase pertama di tahun ini telah menimpa industri pariwisata dan UMKM. Menurut dia, ada sekitar 387 ribu pekerja di sektor pariwisata dan UMKM yang mengalami PHK selama pandemi Covid-19. Kementerian Tenaga Kerja pernah merilis ada sekitar 3,5 juta orang yang mengalami PHK selama pagebluk ini.
Menurut Iqbal, potensi PHK di sektor manufaktur bisa saja mencapai 500 ribu hingga jutaan orang. Iqbal pun menjelaskan ada tiga hal yang dimaksud PHK. Yakni karyawan kontrak yang diputus atau tak diperpanjang kontraknya, PHK karyawan tetap, dan PHK karyawan tetap yang kemudian ditawari menjadi karyawan kontrak.
“Kalau Covid-19 tidak selesai, resesi akan panjang. Akibatnya PHK meningkat di sektor manufaktur,” ujar dia. Iqbal mengingatkan, industri manufaktur berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
Iqbal mengatakan bahaya Covid-19 juga tetap menghantui buruh di 2021. Ia mengatakan sudah ada puluhan orang anggota dan pengurus KSPI meninggal karena virus Corona tersebut.
Di sisi lain, kata dia, protokol kesehatan di pabrik-pabrik pun tak sepenuhnya bisa diterapkan. Hanya pemakaian masker yang relatif dijalankan, sedangkan physical distancing mulai longgar.
Ancaman Covid-19 disebutnya akan menurunkan produktivitas, sehingga berdampak ke penurunan produksi dan pertumbuhan ekonomi. Iqbal pun menyatakan buruh tak seoptimis pemerintah yang yakin investasi dan lapangan pekerjaan akan terbuka di 2021.
[ad_2]
Sumber Berita