Jakarta, Gatra.com-Seiring berjalannya waktu, kebutuhan umat manusia akan sumber energi mulai beralih. Salah satunya, pentingnya menerapkan penggunaan energi terbarukan. Menurut sebuah studi terbaru, negara-negara di dunia dirasa tidak lagi membutuhkan pengembangan bahan bakar fosil baru untuk memenuhi kebutuhan energi primer.
The Institute for Sustainable Futures, University of Technology, Sydney membuat sebuah analisa melalui laporan bertajuk “Fossil Fuel Exit Strategy: An orderly wind down of coal, oil and gas to meet the Paris Agreement” . Disebutkan, potensi sumber terbarukan yang ada di seluruh dunia lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dunia selama transisi dan memastikan akses energi 100 persen bagi semua warga.
Baca juga : Indonesia agar Gunakan EBT dan Tak Bangun PLTN … – Gatra
Dengan perkiraan konservatif yang memperhitungkan perlindungan lingkungan, kendala lahan, dan kelayakan teknis, energi matahari dan angin dapat memenuhi permintaan energi primer lebih dari 50 kali lipat (berdasar permintaan global 2019). Ini mengindikasikan, pengembangan bahan bakar fosil bisa ditinjau kembali.
Dalam analisis tersebut tertulis, “Semua kawasan, termasuk negara produsen bahan bakar fosil teratas di Amerika Utara, Timur Tengah, dan Asia memiliki lebih dari cukup energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara di setiap kawasan. Penghapusan bahan bakar fosil tidak akan meninggalkan siapa pun dalam kegelapan dan tanpa akses energi.”
Baca juga : Restorasi Ekosistem dan Pencegahan Perubahan Iklim di …
Associate Professor Sven Teske, yang juga merupakan Direktur Riset University of Technology Sydney, mengatakan, setiap investasi baru dalam proyek batu bara, minyak dan gas tidak sejalan dengan Kesepakatan Paris dan kemungkinan besar akan terhenti karena dari sisi ekonomi. Energi terbarukan lebih menguntungkan—terutama matahari dan angin.
“Kombinasi energi terbarukan, teknologi penyimpanan, dan bahan bakar terbarukan akan menyediakan pasokan energi yang andal untuk industri, sektor traveling, serta untuk bangunan. Industri energi fosil harus dihentikan,” jelasnya.
Baca juga : RUU EBT Dorong EBT Sebagai Energi Utama … – Gatra.com
Sementara itu, Sanjay Vashist, Direktur Climate Action Network South Asia, menuturkan, sebenarnya sudah tidak ada lagi alasan menunda percepatan penyerapan energi terbarukan dan mengakhiri bahan bakar fosil. Pada saat energi terbarukan muncul sebagai sumber yang andal dan hemat biaya.
“Memperluas bahan bakar fosil merupakan tindakan menghamburkan uang yang menimbulkan konsekuensi iklim dan kemanusiaan yang menghancurkan, terutama pada orang-orang termiskin dan paling rentan di dunia,” tambahnya. Untuk menindaklanjuti itu, lanjutnya, para pemimpin G7 harus memberi contoh dan segera menutup pembangkit listrik tenaga batu bara di negara mereka dan membantu negara berkembang mengakselerasi energi terbarukan dengan bantuan teknologi dan keuangan.
Baca juga : Kolaborasi Kunci Akses Pendanaan Perubahan Iklim …
Dalam laporan itu juga mengungkapkan bahwa transisi energi terbarukan yang selaras dengan target 1,5?C layak secara teknis dan rasional secara ekonomi. Hal ini karena biaya energi terbarukan telah mengalami penurunan sehingga potensi ekonominya tumbuh bersama potensi teknis, dan dapat diwujudkan dengan kepemimpinan dan tindakan politik yang tepat.