[ad_1]
Ketua Kelompok Tani Ikan ‘Kembang Sari’, Srimartani, Piyungan, Bantul, Budi Haryono, mengatakan, produksi lele kelompok tersebut mencapai tiga sampai empat ton per bulan. “Seminggu sekali atau dua minggu sekali panennya diambil oleh pedagang,” kata Budi saat ditemui di kolam kelompok itu, kamis (24/12).
Menurut Budi, para pembeli ikan dari kolam menyetorkan ikan-ikan itu ke pelaku usaha kuliner di DIY, seperti warung-warung lesehan. “Lele ini untuk mencukupi kebutuhan lokal di DIY saja, bahkan kadang kurang, karena pedagang juga masih mengambil dari Boyolali,” katanya.
Menurutnya, jumlah permintaan ikan tidak berbeda selama pandemi Covid-19 dibanding waktu sebelumnya. Namun pola pengambilan lele oleh pedagang kadang berubah.
“Sebelum pandemi, biasanya satu minggu, pedagang ada yang ambil tujuh kuintal. Kemudian saat pandemi sekitar empat sampai lima kuintal, sisanya diambil hari selanjutnya. Tapi tetap dari petani bisa stabil per bulan menjual tiga sampai empat ton,” katanya.
Budi mengatakan pandemi juga tak terlalu mempengaruhi harga lele, yakni Rp17 ribu sampai Rp18 ribu per kilogram. “Harga juga cenderung stabil sejak dua tahun belakangan ini,” katanya.
Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Hindun Anisah, mengatakan, sektor perikanan memang tak terlalu terdampak pandemi. “Tetapi tetap terdampak. Makanya kami memberikan bantuan ke semua sektor, termasuk perikanan berupa program Tenaga Kerja Mandiri Jaring Pengaman Sosial,” kata Hindun saat meninjau kolam ‘Kembang Sari’.
Hindun mengatakan ribuan kelompok tani mengajukan program bantuan tersebut. “Kelompok yang mendapatkan bantuan dari berbagai macam sektor. Kami tidak ingin (kelompok) yang terpuruk semakin parah dan yang terdampak sedang tidak semakin berat,” katanya.
Menurutnya, kelompok yang lolos seleksi mendapat bantuan dana Rp40 juta per kelompok. “Kalau memang dalam program ini mereka dianggap berhasil, maka tahun 2021 nanti bisa mengajukan program wirausaha lanjutan,” ucapnya.
Reporter: Ridho Hidayat
Editor: Arif Koes
[ad_2]
Sumber Berita